Shalom. Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia, kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing pribadi lepas pribadi. Dan biarlah kiranya damai sejahtera Kristus memerintah di hati kita masing-masing. Saya juga tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN yang terus mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, kita mohonkan kemurahan TUHAN, kiranya pembukaan Firman nanti meneguhkan kehidupan kita, menjadi suatu kehidupan yang kuat, tidak goyah, sampai betul-betul ibadah kita dituntun sampai kepada puncaknya, lepas dari daya tarik bumi, gravitasi bumi, lepas dari keinginan-keinginan daging dan yang lain-lainnya, supaya jelas mulut ini hanya memuji TUHAN. Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab itulah STUDY RUT. Rut 3:3-4 (3:3) maka mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat pengirikan itu. Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia selesai makan dan minum. (3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan." Ada 5 (lima) perintah Naomi yang harus dikerjakan (dilakukan) oleh Rut -- dan kelima hal tersebut merupakan perkara penting --, antara lain: 1.Mandilah. 2.Beruraplah. 3.Memakai pakaian bagus. 4.Pergilah ke tempat pengirikan. 5.Perhatikanlah baik-baik tempat ia berbaring. Itulah kelima perintah Naomi yang memang harus dilakukan oleh Rut. Selanjutnya, REAKSI RUT terhadap perintah Naomi, mertuanya itu. Rut 3:5 (3:5) Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." Kata Rut kepada Naomi, mertuanya itu: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." Itu adalah sebuah bukti ketaatan Rut terhadap Naomi, sekalipun Rut sudah mengalami berkat yang besar, namun Rut tetap mendengarkan nasihat dari Naomi. Saya berharap, supaya kita belajar untuk taat, setia, dengar-dengaran, mulai dari saya, sebagai gembala sidang, sampai kepada seluruh imam-imam, tanpa terkecuali sampai kepada seluruh sidang jemaat GPT “BETANIA”, bahkan sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, sampai kepada suatu kehidupan yang memberi diri untuk digembalakan lewat live streaming, baik saudaraku yang ada di dalam negeri, maupun yang ada di luar negeri. Biarlah kita semua menjadi kehidupan yang taat kepada perintah TUHAN; taat, setia, dengar-dengaran kepada TUHAN. Hanya taat dan setia kepada TUHAN, bukan taat kepada kehendak daging, bukan taat kepada pikiran manusia daging. Lanjut, kita BANDINGKAN dengan KETAATAN PAULUS di hadapan TUHAN. Kita pelajari soal ketaatan yang ditunjukkan oleh Rut ini kepada Naomi, dan yang akan diterangkan, lewat ketaatan Rasul Paulus di hadapan TUHAN, di dalam Kisah Para Rasul 26, dengan perikop “Paulus menceritakan pertobatan dan panggilannya” di hadapan raja Agripa. Kisah Para Rasul 26:19 (26:19) Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. Sejak dari bertobat, kemudian terpanggil untuk menerima jabatan Rasul, Paulus taat kepada penglihatan yang dari sorga itu, sekalipun Rasul Paulus harus menghadapi ancaman maut. Kemudian, kalau saya tambahkan di dalam Roma 8, di situ dituliskan bahwa Rasul Paulus menghadapi ancaman maut, sehingga ia dianggap seperti domba yang tersembelih, di mana Rasul Paulus menghadapi 7 (tujuh) perkara, yaitu (1) penindasan, (2) kesesakan, (3) penganiayaan, (4) kelaparan, (5) ketelanjangan, (6) bahaya, (7) pedang, tetapi Rasul Paulus tetap taat kepada kehendak Allah, bukan taat kepada pengaruh dari pikiran serta perasaan manusia daging. Sekali lagi saya sampaikan; Rasul Paulus harus menghadapi ancaman maut, tetapi dia tetap taat terhadap panggilan TUHAN. Jadi, bukan hanya sebatas tidak punya makanan, bukan hanya sebatas tidak punya pekerjaan, bukan hanya sebatas tidak punya uang, tetapi terhadap ancaman maut sekalipun, Rasul Paulus tetap taat kepada kehendak Allah. Itulah pribadi Rasul Paulus. Kita lanjutkan untuk memperhatikan ketaatan Rasul Paulus terhadap penglihatan-penglihatan yang dari sorga, sebagaimana yang telah ia sampaikan kepada jemaat di Korintus setelah Rasul Paulus 14 (empat belas) tahun melayani TUHAN. 2 Korintus 12:1-2 (12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Rasul Paulus menceritakan tentang 2 (dua) hal kepada jemaat di Korintus, ketika ia diangkat ketingkat yang ketiga dari sorga: 1.Penglihatan-penglihatan yang dia terima dari TUHAN. 2.Penyataan-penyataan yang dia terima dari TUHAN Rasul Paulus menceritakan 2 (dua) perkara itu kepada jemaat di Korintus setelah 14 (empat belas) tahun melayani TUHAN. Sejak ia bertobat dan menerima jabatan rasul, terhadap penglihatan dan penyataan itu, Rasul Paulus tetap taat sekalipun menghadapi ancaman maut, tidak makan tidak minum, bahkan menghadapi ancaman pedang. Sekarang kita akan melihat 2 (dua) perkara itu, diawali dari tentang: PENGLIHATAN-PENGLIHATAN. Penglihatan itu pun dilanjutkan dan diceritakan secara gambalang kepada jemaat di Ibrani; selanjutnya, mengajarkan sebuah tata cara ibadah yang baik dan benar kepada sidang jemaat di Ibrani. Ibrani 9:2-4 (9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, Ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, Rasul Paulus melihat perkara-perkara yang ada di dalamnya: A.Kemah yang paling depan, disebut juga RUANGAN SUCI. Di dalam Ruangan Suci terdapat 2 (dua) alat:
1.Pelita emas = Tekun dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian = Penuh dengan Roh Kudus.
2.Meja Roti Sajian = Tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = Penuh dengan Firman Allah.
B.Kemah di belakang tirai yang kedua, itulah RUANGAN MAHA SUCI. Di dalam Ruangan Maha Suci juga terdapat 2 (dua) alat: 1.Mezbah pembakaran ukupan emas. 2.Tabut perjanjian. Jadi, dari penuturan dari Rasul Paulus kepada jemaat di Ibrani ini, menunjukkan kepada kita bahwa; ibadah kita di bumi ini harus memuncak sampai kepada doa penyembahan (Mezbah Pembakaran Ukupan). Ibadah ini diajarkan kepada orang-orang ibrani, maka lewat tulisan ini juga, akhirnya kita boleh mengalami dan mendapatkan suatu berkat yang luar biasa, supaya kiranya ibadah di bumi yang sedang kita kerjakan ini memuncak sampai kepada doa penyembahan. Ibrani 9:7 (9:7) tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar. Tetapi ke dalam kemah yang kedua, itulah Ruangan Maha Suci, hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun. Jelas, ibadah ini dipimpin (dituntun) oleh Imam Besar, yang sekaligus menuntun dan membawa kita sampai Ruangan Maha Suci. Di dalam Ruangan Maha Suci, selain terdapat Tabut Perjanjian -- satu alat yang terutama dari semua alat di dalam Tabernakel --, ternyata Mezbah Pembakaran Ukupan Emas itu sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci. Berarti, ibadah itu memang harus memuncak sampai kepada doa penyembahan, itulah yang menghantar kita nanti supaya pada akhirnya berada pada kedudukan yang tertinggi, itulah Kerajaan Sorga, Ruangan Maha Suci. Ibrani 9:8 (9:8) Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada. Kalau masih mempertahankan cara ibadah pertama, yaitu;
-Hanya sebatas penuh dengan firman Allah, itulah tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab = Meja Roti Sajian.
-Hanya sebatas penuh dengan Roh Allah, itulah tekun dalam Ibadah Raya Minggu = Pelita Emas.
Maka jalan yang baru, jalan ke sorga belum terbuka, berarti, tetap berada di bumi, sampai kapan pun tidak akan terangkat ke sorga. Kerinduan kita untuk menjalankan ibadah ini hanya satu, yaitu supaya kelak kita berada di dalam Kerajaan Sorga, tetapi gereja TUHAN tidak akan pernah berada dalam Kerajaan Sorga selama masih mempertahankan kemah yang pertama, ibadah yang pertama, itulah; -Penuh dengan firman Allah = Tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab. -Penuh dengan Roh Allah = Tekun dalam Ibadah Raya Minggu. Jadi, singkatnya: Doa penyembahan menghantar gereja TUHAN untuk berada pada kedudukan yang tertinggi, itulah Kerajaan Sorga. Untuk perkara inilah Rasul Paulus menunjukkan ketaatannya di hadapan TUHAN. Taatlah kepada perkara ini, jangan taat kepada perkara yang tidak membawa saya dan saudara kepada Kerajaan Sorga, tetapi taatlah kepada perkara yang membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kalau taat kepada kehendak daging, maka akan menuju maut. Kalau kita taat kepada kehendak daging, maka ibadah tidak akan pernah memuncak sampai kepada penyembahan. Kalau masih mempertahankan kemah yang pertama (ibadah yang pertama), maka tidak akan pernah memuncak sampai kepada doa penyembahan. Dan orang semacam ini sebetulnya adalah orang yang sangat merugikan diri sendiri; mengikuti TUHAN tetapi tidak mendapat upah kekal, bukankah ini merugikan diri sendiri? Padahal, kita mengetahui dengan pasti: Carilah dahulu Kerajaan Sorga dan kebenaran yang didudukkan di atas takhta itu, maka semuanya ditambahkan. Tetapi kadang-kadang, pikiran ini yang membuat seseorang menjadi keliru. Padahal, lebih dari apa yang kita pikirkan, itulah yang akan TUHAN berikan dengan limpah, tetapi turuti dulu apa yang menjadi kehendak TUHAN, yaitu taat dari apa yang dilihat dari Tuhan, seperti halnya Rasul Paulus taat dari penglihatan-penglihatan itu. Wahyu 8:3-4 (8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. Di sini kita melihat: Yesus tampil sebagai Imam Besar untuk memimpin ibadah kita di bumi. Selanjutnya, ibadah itu dibawa sampai berada kepada suatu kedudukan yang tertinggi, yakni doa penyembahan, dengan kata lain; berada di dalam Kerajaan Sorga. Jadi, Yesus tampil sebagai Imam Besar untuk melayani, berdoa, memperdamaikan dosa kita dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita, sekaligus memimpin, membawa ibadah kita ini memuncak sampai doa penyembahan, menembusi takhta Allah. Sekarang, kita akan melihat PENGERTIAN DARI DOA PENYEMBAHAN, supaya dari pengertian ini kita semakin mengerti sehingga kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita di hadapan TUHAN. Pengertian doa penyembahan, YANG PERTAMA: Wahyu 4:9-10 (4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, (4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya. Itulah pekerjaan dari 4 (empat) makhluk, yaitu; -Meninggikan kemurahan TUHAN (ayat 8). -Meninggikan kekudusan dari Allah Trinitas (ayat 8). Itulah pekerjaan dari 4 (empat) makhluk yang diceritakan pada ayat 9 ini. Pada saat meninggikan kemurahan TUHAN dan meninggikan kekudusan dari Allah Trinitas -- TUHAN Yesus Kristus --, dalam kesempatan yang lain tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu. Ibadah dari 4 (empat) makhluk dan 24 (dua puluh empat) tua-tua memuncak pada kedudukan tertinggi, yakni doa penyembahan. Kemudian, pada saat 24 (dua puluh empat) tua-tua itu tersungkur atau hidup dalam doa penyembahan, selanjutnya 24 (dua puluh empat) tua-tua melemparkan mahkota mereka di hadapan takhta itu. Artinya; ialah segala kemuliaan hanya bagi Allah kita yang hidup; segala kemuliaan hanya bagi TUHAN kita yang duduk di atas takhta-Nya; segala kemuliaan hanya bagi Dia yang duduk di atas takhta-Nya, yang hidup sampai selama-lamanya. Itulah arti penyembahan yang pertama. Jadi, kalau ibadah yang kita kerjakan ini hanya untuk kemuliaan manusia semata, berarti ibadahnya belum memuncak sampai kepada penyembahan, ibadahnya belum berada pada kedudukan yang tertinggi. Sekalipun dia tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan, tetapi jika dalam pikiran perasaan manusia daging hanya mencari kepentingan diri, hanya mencari kemuliaan manusia, berarti ibadah semacam ini belum berada pada puncaknya sekalipun dia ada dalam bagian atau tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan. Yang TUHAN mau, ibadah ini harus berada pada puncaknya, itulah penyembahan; segala kemuliaan hanya bagi TUHAN.
-Yang belum bekerja, katakan: “Segala kemuliaan hanya bagi TUHAN.”
-Yang menantikan pasangan hidup, tidak usah gelisah, tidak usah risau, katakan: “Segala kemuliaan hanya bagi TUHAN.”
-Yang sekarang ini bisnisnya, ekonominya sedang merosot, katakan: “Segala kemuliaan hanya bagi TUHAN.”
Itulah yang benar. Pengertian ini jangan dilepaskan, supaya manakala ekonomi merosot, mulut tetap berdiam, tidak bersungut-sungut; itulah arti penyembahan. Jadi, memang, mau tidak mau, ibadah harus berada pada kedudukan yang tertinggi, berada pada puncaknya ibadah, itulah doa penyembahan. Jangan saudara beribadah namun hanya liturgis, itu tidak ada artinya. Jangan kita datang menjalankan ibadah dengan ibadah Taurat, ibadah lahiriah, beribadah hanya ikuti aturan untuk menyenangkan manusia, itu tidak ada artinya; sampai TUHAN datang nanti, kita rugi sendiri. Wahyu 4:11 (4:11) "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa, tidak ada yang lain selain Dia. Mengapa Dia layak menerima segala puji, segala hormat, segala kemuliaan, pengagungan, segala kuasa? Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan. Pendeknya; kita harus menyadari, bahwa kita ada dan kita hidup karena kehendak Allah, kita harus sadar itu. Dunia ini ada karena kehendak Allah; kita hidup karena diberi nafas hidup; kita hidup karena kehendak Allah. Kita dipercayakan untuk mengusahakan dan mengerjakan ibadah pelayanan ini, karena kehendak Allah. Maka, mau tidak mau, ibadah ini harus berada pada kedudukan tertinggi, ibadah ini harus memuncak sampai kepada doa penyembahan. Sebab arti dari “penyembahan” adalah segala kemuliaan hanya bagi Dia. Mengapa kemuliaan hanya bagi Dia? Kita ada, karena kehendak Allah; dunia ini ada karena kehendak Allah; alam semesta ini diciptakan karena kehendak Allah; kita dapat bernafas karena kehendak Allah; diberi kesempatan untuk menikmati kemurahan TUHAN karena kehendak Allah. Jangan bodoh karena mengikuti pikiran manusia, perasaan manusia daging, supaya jangan gelisah, seperti Saul yang gelisah; baru ditinggal rakyat, ia langsung gelisah, dan ia pun langsung melanggar Firman TUHAN, tidak taat, sebab lebih mendengar suara perasaan daging. Yang menantikan pasangan hidup tidak usah gusar, seperti ada sesuatu yang mendesak hidupmu, seperti didesak dan seperti dikejar oleh maut; tidak usah takut. Yang belum bekerja tidak usah risau, seolah-olah maut mengejar dirimu, seperti didesak oleh maut. Tenang saja. Kalau pun ada mengalami derita karena sakit, derita karena belum bekerja, derita karena ekonomi merosot, bisnis merosot, tenang saja, tidak usah gelisah. Yang terpenting adalah ibadah harus memuncak, itulah doa penyembahan, artinya; segala kemuliaan hanya bagi TUHAN. Untuk itulah kita taat; jangan untuk yang lain-lain. Pengertian doa penyembahan, YANG KEDUA: Matius 27:50 (27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Di sini kita perhatikan: Penyembahan Yesus disertakan dengan penyerahan diri-Nya, disertakan dengan penyerahan nyawa-Nya kepada Allah Bapa. Singkatnya: Arti penyembahan yang kedua ialah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah; -Tidak taat kepada kehendak daging -- pikiran, perasaan manusia daging --. -Tidak taat kepada kehendak roh jahat dan roh najis. -Tidak taat kepada kepentingan-kepentingan manusia duniawi. Matius 27:51 (27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, Lewat doa penyembahan dengan penyerahan diri sepenuhnya, maka tabir Bait Suci Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Jadi, bukan terbelah dalam bentuk horizontal, tetapi terbelah dua dari atas sampai ke bawah, bentuknya vertikal. Kalau bentuk horizontal, memang terbelah, tetapi di bagian atas masih tertutup dan di bagian bawah masih tertutup. Kalau dalam bentuk vertikal, berarti tabir itu terbelah dua dari atas sampai ke bawah, sehingga terbukalah jalan bagi kita masing-masing. Segala yang tertutup pasti terbuka; jika menurut manusia “tidak mungkin”, tetapi bagi TUHAN segalanya “mungkin”, asal ibadah memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Bagi manusia “tidak mungkin”, tetapi bagi Allah segalanya “mungkin”, asal ibadah memuncak sampai doa penyembahan. Jangan pakai pikiran manusia daging lagi supaya kerohanianmu jangan tertinggal dari anak-anak TUHAN yang lain. Lalu pada saat penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, ada 3 hal yang terjadi: 1) Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. 2) Terjadilah gempa bumi. 3) Bukit-bukit batu terbelah. Sekarang, kita akan membaca Ibrani 10, dengan perikop: “Ketekunan.” Ketekunan ini kaitannya dengan ibadah, berarti; tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok. Kalau dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel, “ketekunan” terkena pada Ruangan Suci. Di dalam Ruangan Suci terdapat 3 (tiga) macam alat:
2.PELITA EMAS, artinya; tekun dalam Ibadah Raya Minggu = Pengharapan.
3.MEZBAH DUPA, artinya; tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan = Kasih. Ini adalah puncak ibadah.
Setelah ibadah memuncak sampai kepada Doa Penyembahan (kasih) -- itulah Mezbah Dupa --, maka lihat ayat 19-20. Ibrani 10:19-20 (10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, Lewat doa penyembahan, kita dibawa masuk ke tempat kudus, menembusi takhta Allah. Jadi, “tabir Bait Suci” terbelah dua dari atas sampai ke bawah, itu berbicara soal perobekan daging; sudah tanggal, sudah robek dari daging. Tabiat daging sudah tanggal, sudah robek, sehingga terbukalah jalan untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Maka, jelas; doa penyembahan menembusi takhta Allah. Yang tertutup akan terbuka, semua ditembusi, tidak ada yang bisa menghalangi, tidak ada yang mustahil bagi TUHAN. Bagi manusia “mustahil”, tetapi bagi TUHAN dan bagi orang yang percaya -- itulah yang mengalami perobekan daging -- “tidak ada yang mustahil”, asal betul-betul mengalami perobekan daging, jangan pakai rumus manusia, jangan pakai pemikiran manusia daging. Mulai sekarang, ayo, ibadah harus memuncak sampai kepada doa penyembahan; tabiat daging robek. Tidak ada yang mustahil bagi TUHAN. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya kepada rencana TUHAN. Jangan susahkan dirimu dengan perkara-perkara di bawah, karena tidak ada yang mustahil bagi TUHAN. Siapa yang mengatakan hal seperti itu? Mereka itu adalah orang yang mengalami perobekan daging, di mana ibadahnya sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan. Seharusnya, ini dulu yang pertama dilakukan, barulah nanti semuanya akan ditambahkan oleh TUHAN. Tetapi manusia daging berbeda; cari dahulu perkara duniawi, akhirnya selama ia berada di dunia (kemah yang pertama), tidak akan menembusi Kerajaan Sorga. Itulah sedikit tentang “doa penyembahan”, ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan. Biarlah kiranya untuk perkara itu, kita taat, sebagaimana pernyataan Rasul Paulus kepada raja Agripa: untuk penglihatan itu, Rasul Paulus taat, sekalipun menghadapi ancaman maut. Bukan saja tidak punya uang, bukan saja bisnis merosot, ekonomi merosot, tetapi bahkan menghadapi ancaman maut sekalipun, Rasul Paulus tetap taat terhadap penglihatan itu, yang salah satunya adalah ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan. Itu dulu yang kita kejar di bumi ini, yaitu ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan. Taatlah terhadap perkara itu. Jangan kita abaikan yang sudah kita dengar, supaya hidup kita berpadanan dengan panggilan, kita melangkah bersama dengan TUHAN sesuai dengan ketetapan Firman TUHAN, supaya kita dapat menyenangkan hati TUHAN. Banyak anak TUHAN yang mendengar Firman TUHAN tetapi apa yang didengar diabaikan begitu saja karena terpengaruh dengan pikiran, perasaan manusia daging. Sebetulnya, orang yang semacam ini sedang menyusahkan dirinya dengan banyak perkara. Itu sebabnya, TUHAN berkata kepada Marta: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi Hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Tidak perlu kuatir, tidak perlu menyusahkan diri dengan banyak perkara, hanya satu yang perlu, yaitu ada di kaki salib TUHAN. Perintah yang ke-4 dari Naomi kepada Rut adalah untuk pergi ke tempat pengirikan, lalu langkah selanjutnya (kelima) ialah berada di bawah kaki Boas, mencari tempat untuk berbaring; itu dulu sebetulnya, tidak usah kuatir dengan banyak perkara. Tentang: PENYATAAN-PENYATAAN Kita kembali membaca 2 Korintus 12. 2 Korintus 12:1,3-4 (12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. Saat diangkat ke tingkat yang ketiga, Rasul Paulus mendengar kata-kata yang tak terkatakan yang tidak boleh diucapkan manusia. Inilah penyataan-penyataan yang diterima oleh Rasul Paulus dari Allah di sorga, ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Kita akan memperhatikan lebih jauh tentang “kata-kata yang tak terkatakan yang tidak boleh diucapkan manusia” di dalam Wahyu 14. Wahyu 14:3 (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu. Di sini kita melihat: Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun, termasuk 4 (empat) makhluk dan 24 (dua puluh empat) tua-tua, kecuali 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah ditebus dari bumi ini. “Nyanyian baru” adalah hasil dari hubungan yang intim dengan TUHAN, hasil dari sebuah penyembahan yang heran di hadapan TUHAN. Oleh sebab itu, dalam setiap kita mendengar firman TUHAN, mari kita untuk memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, perhatikan dengan seksama disertai dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati, supaya ketika kita masuk dalam doa, kita akan berada dalam suatu penyembahan yang heran, bukan penyembahan yang kering-kering. Setelah kita mendengar firman, lalu kita dibawa masuk dalam doa, maka kita akan berada pada suatu penyembahan yang begitu heran, suatu penyembahan yang begitu hebat, suatu pergulatan atau pergumulan yang begitu hebat bersama dengan TUHAN. Oleh sebab itu, rendah hati saat dengar firman; pikiran jangan melantur, jangan keras hati. Dengar firman harus dengan rendah hati; dengar firman harus dengan lemah lembut; dengar firman harus dengan hati yang terbuka lebar-lebar. Sesudah itu, pada saat masuk dalam doa penyembahan, di situ akan terjadi suatu pergulatan yang hebat, di situ akan terjadi suatu persekutuan yang heran, di situ akan terjadi suatu penyembahan yang luar biasa yang menyenangkan hati TUHAN, yang bisa dinikmati oleh TUHAN, bukan lagi suatu penyembahan yang kering-kering. Banyak di antara kita, termasuk imam, penyembahannya belum seberapa; dia tidak membawa hidupnya dalam sebuah penyembahan yang begitu heran, mengapa? Karena dia mengabaikan banyak Firman TUHAN yang dia terima, bahkan saat duduk dengar firman pun begitu saja terabaikan firman yang disampaikan itu, sehingga pada saat masuk dalam doa, tidak terlihat suatu penyembahan yang heran. Jadi, sudah sangat jelas; “nyanyian baru” yang tidak dapat diucapkan oleh siapapun kecuali mereka yang menyanyikannya, itu jelas berbicara tentang persekutuan, itu berbicara tentang hubungan yang begitu intim bersama dengan TUHAN. Ketika ada penyembahan yang begitu hebat itu, hasilnya ialah “nyanyian baru”, selalu ada “nyanyian baru.” Kalau hubungan kita intim dengan TUHAN, pasti ada “nyanyian baru”; yang lama berlalu, tidak ada lagi trik dan intrik, tidak terlihat lagi kemunafikan di situ. 1 Korintus 7:4 (7:4)Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Suasana penyembahan atau suasana dalam hubungan intim (penyembahan yang heran) adalah suasana di mana kita tidak dapat lagi menahan diri ini, selain menyerahkan diri ini sepenuhnya kepada TUHAN. Itu adalah penyembahan yang heran; itu merupakan hubungan yang intim, persekutuan yang intim dengan TUHAN; suasana di mana kita tidak dapat lagi menahan diri. LANGKAH-LANGKAH SUPAYA BERADA DALAM HUBUNGAN INTIM. Biarlah kita ikuti langkah-langkah ini supaya nanti kita betul-betul berada dalam suatu hubungan yang intim. Dan di dalam hubungan yang intim ini, menghasilkan “nyanyian baru” yang tidak dapat diucapkan oleh siapapun kecuali oleh orang yang menyanyikannya sendiri. Tidakkah saudara rindu untuk berada dalam pergulatan yang hebat dengan TUHAN, penyembahan yang heran bersama dengan TUHAN? Oleh sebab itu, ikuti LANGKAH-LANGKAHNYA, jangan bertahan dengan manusia daging, jangan bertahan dengan kebodohan. Untuk itu, mari kita kembali memperhatikan Wahyu 14. Wahyu 14:1 (14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Anak Domba berdiri di bukit Sion bersama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang. Saat ini kita berada di rumah TUHAN, bukit Sion. Selanjutnya, di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya = Ada meterai Allah; inilah gambaran dari kehidupan yang sudah dimeteraikan oleh Allah. Inilah gambaran dari milik kepunyaan Allah sendiri, yaitu ada meterai Allah di dahi mereka. Inilah suatu gambaran dari kehidupan gereja TUHAN yang tidak dapat diceraikan oleh apapun dari kasih Allah. -Sekalipun tidak punya uang, namun tidak dapat diceraikan dari kasih Allah. -Sekalipun belum mendapat pasangan hidup, namun tidak dapat diceraikan dari kasih Allah. -Sekalipun ekonomi sedang merosot, namun tidak dapat diceraikan dari kasih Allah. -Sekalipun semua, segala sesuatu merosot, namun tetap tidak dapat diceraikan dari kasih Allah. Inilah kehidupan yang sudah dimeteraikan oleh Allah, inilah milik kepunyaan Allah, di mana meterai Allah ada di dahi mereka. Biarlah di dalam seluruh alam pemikiran ini hanya ada nama-Nya dan nama Bapa-Nya, tidak ada yang lain. Pulang ke rumah, selepas ibadah, tetap ada meterai Allah supaya kita menjadi milik kepunyaan Allah. Biarlah yang ada di dalam seluruh alam pemikiran hanya nama-Nya dan nama Bapa-Nya, tidak ada yang lain. Jangan mau disusahkan dengan “nama” yang lain. Wahyu 14:4-5 (14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. (14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela. Praktek tidak tercerai dari kasih Allah, YANG PERTAMA: Mereka tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, yakni; -Tidak mencemarkan diri dengan perempuan Izebel. -Tidak mencemarkan diri dengan perempuan Babel. Inilah 2 (dua) perempuan yang ada di dalam kitab Wahyu tersebut. Tidak mencemarkan dirinya dengan “Perempuan Izebel.” Berarti, menempatkan Kristus sebagai Kepala atas tubuh, mendudukkan Kepala atas tubuh. Arti rohaninya ialah segala kemuliaan hanya bagi Dia. Jelas, ini menunjuk kepada; perempuan yang bertudung atau rambut panjang, sebagai tanda ketundukannya kepada Kristus sebagai Kepala. Menempatkan Kristus sebagai Kepala = Tunduk kepada Kristus, sebagai Kepala, tidak tunduk kepada kehendak yang lain. Bukankah pengertian ini sangat jelas sekali? Tinggal kita mau berpegang teguh kepada firman yang kita dengar dan kita terima malam ini untuk selanjutnya kita tindaklanjuti. Sebetulnya, sangatlah jelas: Tempatkan Kristus sebagai Kepala, dudukkan Kristus sebagai Kepala atas tubuh, dengan demikian segala kemuliaan hanya bagi Dia. Prakteknya adalah tunduk kepada Kristus sebagai Kepala. Tidak mencemarkan dirinya dengan “Perempuan Babel.” Berarti, melepaskan diri dari kecemaran perempuan Babel itu sendiri. Janganlah kita mencemarkan diri kita masing-masing. Mari kita lihat “Apakah kecemaran yang datang dari perempuan Babel.” Wahyu 17:4 (17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
-Perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi, artinya; perempuan Babel ini seolah-olah menjalankan ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN.
-Kemudian, dihiasi dengan emas, permata, dan mutiara, menunjukkan seolah-olah oleh karena ibadah dan pelayanan itu, dia sangat berharga sekali di mata TUHAN.
Itulah keadaan dari perempuan Babel, tetapi keadaan itu hanyalah akal-akalan, sehingga “seolah-olah” seperti dua hal di atas. Tetapi kenyataan yang sesungguhnya di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya, di tangannya ada suatu cawan emas penuhdengan 2 (dua) hal, yaitu: 1.Kekejian. 2.Kenajisan percabulannya. Jadi, sudah sangat jelas; -Seolah-olah dia menjalankan ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN. -Seolah-olah karena ibadah itu, dia berharga di mata TUHAN. Namun sebenarnya tidaklah demikian; karena sesungguhnya, dia memegang sebuah cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. “Kekejian”, prakteknya ialah: -Tidak menghargai ibadah dan pelayanan = Korban sembelihan. -Tidak menghargai pembukaan firman = Korban santapan. Hal ini ditulis dengan jelas di dalam Daniel 12:11. “Kenajisan percabulannya”, jelas ini menunjuk; ibadah laut atau ibadah antikris = Ibadah, tetapi mengutamakan perkara-perkara lahiriah = Beribadah, tetapi hati pikirannya hanya tertuju kepada berkat-berkat lahiriah di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Beribadah, tetapi hatinya hanya fokus kepada perkara lahiriah, itu adalah perzinahan (menduakan hati TUHAN), itu adalah percabulan, itulah yang menajiskan seseorang. Jadi, ibadah laut, ibadah dari antikris adalah kenajisan percabulan, sebab mereka beribadah tetapi hati dan pikirannya hanya fokus tertuju pada berkat-berkat lahiriah. Tetapi terhadap perkara itu, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari bumi tidak mencemarkan diri dengan perkara-perkara itu, sehingga kalau kita baca kembali Wahyu 14:4, Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, itulah perempuan Izebel dan perempuan Babel. -Perempuan Izebel à Tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala. -Perempuan Babel à Kenajisan percabulannya, yang disertai dengan kekejian. Tetapi terhadap itu semua, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tidak mencemarkan dirinya. Mengapa mereka tidak mencemarkan diri dengan perempuan-perempuan ini? Karena mereka murni sama seperti perawan. Berarti, suci di atas suci. Perawan saja itu sudah suci, berarti kalau murni sama seperti perawan = suci di atas suci. Ayo, inilah yang harus kita pertahankan, yaitu suci di atas suci. Jangan cemarkan diri dengan 2 (dua) perempuan itu. Gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini memang menghadapi suatu pergumulan yang begitu hebat, suatu pergumulan yang begitu heran dari pengaruh 2 (dua) perempuan ini, tetapi gereja TUHAN harus bertahan, harus hidup di dalam langkah-langkah yang menuju kepada perhubungan yang begitu erat dengan TUHAN, harus tetap bertahan dengan langkah-langkah supaya berada dalam penyembahan yang begitu heran, tidak mencemarkan diri dengan 2 (dua) perempuan tersebut. Itu adalah langkah pertama supaya nanti berada dalam penyembahan yang heran. Praktek tidak tercerai dari kasih Allah, YANG KEDUA: Mereka mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi. Syarat untuk mengikuti TUHAN, sesuai dengan Injil Matius 16:24-26 ialah: Yang Pertama: Menyangkal dirinya = Tidak bermegah sekalipun memiliki kelebihan-kelebihan di dalam diri. Sekalipun memiliki potensi di dalam diri, sekalipun memiliki gelar yang tinggi, sekalipun memiliki harta kekayaan kedudukan yang tinggi, dan lain sebagainya, namun semuanya itu disangkali = tidak bermegah. Yang Kedua: Memikul salibnya. Berarti, memikul tanggung jawab di atas pundak ini. Setiap insan, setiap orang harus memikul tanggung jawabnya masing-masing, misalnya;
-Seorang suami memikul tanggung jawabnya menjadi suami yang baik, kepala rumah tangga yang baik.
-Tanggung jawab seorang isteri ialah menjadi penopang yang baik.
-Tanggung jawab seorang anak ialah hormat kepada orang tuanya. Kalau sidang jemaat kepada anak-anak rohani, tanggung jawabnya ialah hormat dua kali lipat kepada mereka yang memberi pengajaran.
-Tanggung jawab seorang hamba ialah tunduk kepada tuannya. Tuan dari semua hamba-hamba TUHAN ialah TUHAN Yesus Kristus.
-Tanggung jawab seorang tuan ialah memperhatikan hamba-hambanya.
Kalau kita hidup di dalam kasih Allah, maka kita hidup dalam pengampunan. Kalau kita hidup di dalam kasih Allah, maka dosa orang lain tidak dilihat lagi, tidak mengungkit-ungkit dosa masa lalu. Masing-masing kita harus tanggung jawabi apa saja yang sudah kita terima dari TUHAN. Masing-masing kita harus memikul tanggung jawab masing-masing. Yang Ketiga: Mengikut TUHAN. Jelas ini berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus. Di mana Aku berada, di situ pun pelayan-pelayan-Ku berada, sesuai dengan Injil Yohanes 12:24-26, itu adalah pengalaman kematian dan kebangkitan. Pengalaman kematian diawali dari; Benih itu “jatuh ke tanah.” Ini berbicara tentang kerendahan di hati. Selanjutnya “mati.” Berarti, berada dalam pengalaman kematian Yesus Kristus, daging tidak bersuara lagi = tidak hidup dalam hawa nafsu dan keinginan daging. Biar diapa-apakan, orang mati dagingnya tidak akan bersuara, mulutnya tidak akan bersuara. -Biar disakiti, dagingnya tidak akan berteriak. -Biar tidak punya makanan, tidak punya minuman, tidak punya pakaian, dia tidak bersuara. -Biar sekarang ekonomi keuangan sedang merosot, tetapi dagingnya tidak bersuara. Sesudah itu, hari ketiga akan mengalami kebangkitan, sehingga Yesus berkata: Di mana Aku berada, di situ pun pelayanKu berada. Jelas itu berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan. Sesudah bangkit, sesudah tumbuh, maka dia akan menghasilkan banyak buah; itulah suasana kebangkitan. Itulah yang dimaksud “Mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi.” Praktek tidak tercerai dari kasih Allah, YANG KETIGA: Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu = Nama tertulis atau terdaftar di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba, sesuai dengan 1 Korintus 15:24. Demikian juga, setelah kematian dari anak sulung bangsa Mesir, bangsa Israel dibebaskan dari Mesir untuk menjadi anak sulung, untuk beribadah dan melayani di padang gurun, dan mereka semua itu terdaftar. Sehingga kalau kita perhatikan di dalam kitab Keluaran dan Bilangan, dalam mereka mengadakan ibadah, mereka sudah mempunyai tempat masing-masing, sebab perkemahan mereka (12 suku itu) mengelilingi Tabernakel. Dan posisi mereka sesuai dengan nama mereka yang terdaftar, sesuai dengan suku-suku yang terdaftar. Itu jelas anak sulung, beribadah dan melayani, dan nama mereka terdaftar di sorga, sesuai dengan tempat kemah mereka yang mengelilingi Tabernakel, di padang gurun. Praktek tidak tercerai dari kasih Allah, YANG KEEMPAT: Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta . Menunjukkan bahwa mereka hidup dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus. Kalau kita perhatikan dalam suratan 1 Yohanes 2:27, Roh Kudus itu akan mengajar kita dalam segala sesuatu. Kalau kita penuh dengan Roh Kudus, kita tidak perlu diajar oleh orang lain. Kalau imam-imam melayani TUHAN dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus, ia tidak perlu diajar untuk melayani TUHAN, ia tidak perlu diajar untuk memberi yang terbaik untuk TUHAN, tidak perlu diajar untuk melakukan segala sesuatu yang terbaik untuk TUHAN; itulah seorang imam yang penuh dengan Roh Kudus. Dan Roh Kudus itu akan mengajari kita semua dalam segala perkara, dan ajarannya itu tidak dusta. Berarti, jelas; kehidupan yang berada dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus, tidak akan berdusta, tidak ada dusta. Saya berharap, suatu kali nanti, setiap orang yang pernah mencuri, jangan berdusta, kalau memang rindu untuk menjadi milik kepunyaan TUHAN. Yang pernah mencuri, cepat-cepat akui, termasuk mencuri milik TUHAN, bukan hanya milik sesama, tetapi milik TUHAN juga (sepersepuluh), akui, jangan berdusta. Engkau tidak akan bertahan lama nanti, kalau mempertahankan dusta. Mungkin hari ini bisa bertahan, tetapi suatu kali nanti TUHAN yang akan mengejar dirimu sampai engkau membuka mulut untuk mengakui semua dusta-dusta, kalau tidak lepas dari tawanan Roh. Itulah hebatnya penyucian yang kita alami dalam penggembalaan ini, supaya nanti kelak segambar serupa dengan Dia. Praktek tidak tercerai dari kasih Allah, YANG KELIMA: Mereka tidak bercela. Tidak ada cacat cela, tidak ada noda, tidak ada lagi hal-hal yang menodai = segambar serupa dengan Allah. Berarti, kualitas rohani mereka sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga, sama seperti tutup pendamaian (tutupan grafirat) berada tepat di atas peti dari Tabut Perjanjian menyatu, sampai kelak terwujud kesatuan tubuh dengan Kepala. Inilah kehidupan yang tidak bercela; tidak ada lagi cacatnya, tidak ada lagi celanya, tidak ada lagi noda-noda yang mengotori, berarti kualitas rohani mereka sudah sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga. Berarti, kedudukannya persis seperti tutupan grafirat dengan peti dari Tabut Perjanjian; sudah menyatu, berada dalam naungan Allah Trintias.
-Tutupan grafirat dengan 2 (dua) kerub di atasnya, itulah Allah Trinitas.
-Peti dari tabut perjanjian, itulah gereja TUHAN yang sempurna, yang berada dalam naungan dari Allah Trinitas. Dengan demikian, tidak terlihat lagi cacat cela karena sudah ditutup bungkus dengan tabiat dari Allah Trinitas.
Kemudian, di dalam Tabut Perjanjian, ada 3 (tiga) alat: 1.Tongkat Harun yang pernah bertunas. 2.Dua loh batu. 3.Buli Buli Emas Berisi Manna. Itulah tabiat dari Allah Trinitas yang bersifat permanen; 1.Tongkat Harun yang pernah bertunas à Roh Allah yang permanen. 2.Dua loh batu à Kasih yang permanen. 3.Buli Buli Emas Berisi Manna à Iman yang permanen. Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita taat terhadap penyataan-penyataan yang sudah kita terima dari TUHAN, sebagaimana Rasul Paulus menunjukkan ketaatannya dari apa yang sudah dia dengar, dari apa yang sudah dia terima, dari apa yang sudah dia lihat ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, dari Allah. Kita kembali untuk memperhatikan PRIBADI RUT. Rut 3:5 (3:5) Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." Ini adalah bukti ketaatan Rut terhadap Naomi, mertuanya itu, sekalipun Rut telah mengalami berkat yang luar biasa di ladang Boas. Tetapi sekalipun Rut sudah menerima berkat yang luar biasa di ladang Boas, namun Rut tetap taat kepada perintah yang kelima dari pada Naomi. Rut tetap taat, Rut tetap melakukan perintah Naomi yang kelima. Kebanyakan orang, ketika susah, dia bisa menyembah TUHAN disertai air mata yang tidak ada putus-putusnya. Tetapi setelah “keberkatan”, dikaruniakan jabatan-jabatan di tengah ibadah pelayanan, biasanya lupa diri, apalagi kalau sudah mengerti sedikit firman TUHAN. Tetapi Rut bukanlah tipe-tipe gereja yang seperti itu, Rut tetap taat kepada perintah Naomi sampai kepada perintah yang kelima, dia tetap lakukan. Rut 3:6 (3:6) Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. Rut pergi ke pengirikan, berarti Rut melakukan tepat seperti perintah Naomi yang kelima, tidak bergeser, tidak berkurang. “Tepat”, berarti; tidak tambah, tidak kurang. Inilah Roh Mempelai, demikianlah ukuran Tabernakel sejati; tidak kurang, tidak tambah, -Baik panjang Tabernakel, ukurannya sama. -Lebar Tabernakel, ukurannya sama. -Tinggi Tabernakel, ukurannya sama. -Warna setiap tanda pada Tabernakel, semuanya tidak berubah. Inilah ukuran Tabernakel sejati, sama artinya; memiliki Roh Mempelai. Rut 3:7 (3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ. Selanjutnya di sini dikatakan: Datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam. Kata "perempuan" di sini menunjukkan bahwa Rut ini sebetulnya sudah diakui oleh TUHAN. Selanjutnya, Rut menyingkapkan selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ. Jadi, benar sekali, Rut melakukan tepat seperti apa yang diperintahkan oleh Naomi; dia membaringkan dirinya tepat di bawah kaki Boas. Pada minggu yang lalu, tentang “mencari tempat untuk berbaring” telah disampaikan 2 (dua) minggu berturut-turut. Biarlah hal ini jangan dilupakan begitu saja. Memang kita ini datang beribadah dan melayani TUHAN = Mencari tempat untuk tinggal berbaring. Jangan mengembara selama kita ada di atas muka bumi ini, sebab itu adalah tabiat dari "teman-teman", itu bukan tabiat dari mempelai perempuan, bukan tabiat dari Sulamit. Saya berharap kepada imam-imam (pelayan-pelayan Tuhan), kalau memang engkau merindu menjadi imam, apapun alasannya, tetaplah tergembala dengan sungguh-sungguh. Saya tidak mau lagi mendengarkan alasan karena “ulang tahun”, karena ini dan itu, lalu meninggalkan jam-jam ibadah. Kalau engkau tetap melawan apa yang saya sampaikan, engkau sedang melawan TUHAN Yesus. Rut 3:8 (3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya. Biarlah kiranya TUHAN menemukan kita berbaring di kaki salib TUHAN, tidak pernah meninggalkan tempat untuk berbaring. 1 Korintus 15:25-26 (15:25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. (15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. TUHAN telah mengalahkan semua musuh-Nya, dan musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah; maut, sebab Yesus telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu di bukit Golgota. Jadi, berada di kaki Boas rohani -- itulah TUHAN Yesus Kristus -- adalah tempat yang terindah, tempat yang tenang dan teduh, ada jaminan, karena TUHAN sudah mengalahkan segala musuh-musuh-Nya, sudah letakkan dibawah kaki-Nya, termasuk musuh yang terakhir, itulah maut, Ia telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya di atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu. Berarti, sekali lagi saya sampaikan: -Berada di bawah kaki Boas rohani -- itulah TUHAN Yesus Kristus -- adalah tempat yang terindah. -Berada di bawah kaki Boas rohani -- itulah TUHAN Yesus Kristus -- adalah tempat yang tenang dan teduh. Jangan mengembara seperti "teman-teman", tetapi mari kita dengan hati yang penuh dengan kerinduan, berarti; dengan sungguh-sungguh mencari tempat untuk tinggal berbaring di kaki Boas rohani. Di kaki salib Kristus ada jaminan. Di bawah kaki salib Kristus ada ketenangan dan keteduhan, ada jaminan dari segala sesuatu. Rut 3:4 (3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan." Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring. Pesan dari Naomi kepada Rut ialah “perhatikan baik-baik tempat ia berbaring.” Berarti, kalau kita datang di tengah ibadah dan pelayanan, jangan asal-asalan. Jangan tubuh terlihat di tengah ibadah, tetapi hatinya tidak ada di tengah ibadah; -Hatinya jauh dari kasih Allah. -Hatinya jauh dari pembukaan firman. -Hidupnya tidak memberi diri dipimpin oleh Roh Allah. Tetapi perhatikan baik-baik tempat ia berbaring, itulah yang TUHAN mau. -Jangan melayani asal melayani. -Jangan datang beribadah asal datang beribadah. Kemudian ketika Rut berada di bawah kaki Boas (sebagai tempat yang terindah, yang memberi ketenangan dan keteduhan, sekaligus sebagai jaminan), Boas juga akan memberitahukan segala sesuatu kepada Rut, untuk selanjutnya dilakukan. Ketika kita berada di bawah kaki Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus, maka segala rencana-rencana Allah, TUHAN beritahukan kepada gereja mempelai. Itulah kelebihan gereja mempelai dari gereja-gereja yang lain, kalau saudara perhatikan itu dalam Kidung Agung 1, di mana Sulamit berkata bahwa perempuan-perempuan yang lain itu hanya seperti kemah-kemah orang Kedar saja, tetapi mempelai TUHAN berada dalam rencana Allah yang besar, segala sesuatu dinyatakan (diberitahukan) kepada gereja mempelai. Ini juga merupakan hak kesulungan bagi kita dari gereja-gereja yang lain. Kisah Para Rasul 26:13-15 (26:13) tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku. (26:14)Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang. (26:15) Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu. Inilah perbedaan antara Gereja Mempelai dengan “teman-teman”, yaitu segala rencana Allah dinyatakan kepada Gereja Mempelai. Segala rencana Allah dalam rangka penyelamatan gereja TUHAN, segalanya dinyatakan kepada Rasul Paulus, tetapi kepada “teman-teman” seperjalanan tidak dapat mendengarkan kata-kata itu. Inilah kelebihan Gereja Mempelai. Bersyukurlah kalau kita digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, sebab segala sesuatu dinyatakan kepada Gereja Mempelai. Jangan bodoh lagi, jangan susahkan dirimu dengan banyak perkara di bumi ini, seolah-olah engkau didesak oleh maut; baru dikejar tidak punya uang, sudah seperti didesak oleh maut. Tetapi marilah kita taat kepada perkara-perkara yang sudah TUHAN nyatakan kepada kita sampai TUHAN datang, sampai kepada kesudahan dunia ini. Jangan undur dari ketaatan itu. Yesaya 54:4-5 (54:4)Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu. (54:5) Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi. Kalau kita taat terhadap rencana-rencana TUHAN, taat kepada kehendak Allah, maka TUHAN lupakan dosa masa lalu, TUHAN tidak ingat dosa masa lalu, asal kita taat kepada kehendak Allah. -TUHAN lupakan malu keremajaan Rut. -TUHAN tidak akan mengingat lagi aib kejandaan Rut. TUHAN lupakan noda kekafiran yang menajiskan Rut, sebagai bangsa kafir; TUHAN lupakan, asal kita taat. Demikian juga Boas yang lupa kepada perkara masa lalu dari pada Rut. Rut 3:9-10 (3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami." (3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya. Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu. Mengikuti Naomi, kemudian selanjutnya berada di ladang Boas, bekerja di ladang Boas dengan segala kerendahan hati, dan bertemu dengan Boas, itulah “yang pertama kali.” Sedangkan “yang kedua kali” ialah ketika Rut berada di kaki Boas rohani, di kaki salib TUHAN Yesus Kristus. ... Karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda ... Mahkota dari orang muda adalah kekuatannya, mengandalkan manusia dagingnya. Tetapi Rut tidak mengejar nafsu orang muda yang penuh dengan kekuatiran, tetapi Rut mengejar Boas, sekalipun Boas bukanlah orang muda; selain mengharapkan penebusan, Rut mencari perlindungan. Seharusnya, Rut mencari yang seumuran dengan dia, tetapi Rut tidak mencari yang seumuran dengan dia, itulah hebatnya Rut. Jadi, kalau kita taat kepada kehendak Allah, maka TUHAN lupakan dosa masa lalu. Haleluya.. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
Sumber https://gptserangcilegon.blogspot.com/2020/12/ibadah-pendalaman-alkitab-03-desember.html
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 03 DESEMBER 2020 KITAB RUT (Seri: 119) Subtema: KETAATAN GEREJA MEMPELAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar