Rabu, 23 September 2020

Kasih Karunia dan Kebenaran Duduk di Takhta Allah


Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita. segala puji, segala hormat selayaknya kita naikkan hanya bagi Dia; Dialah Allah sesembahan kita yang layak untuk diagungkan, ditinggikan, yang sudah memelihara, membela dan melindungi kita sampai hari ini, termasuk memelihara kehidupan kita dari Wabah Corona; kita bersyukur kepada TUHAN, tentu karena darah salib Kristus.
Biarlah kiranya kita patut bersyukur; lewat ibadah ini, kita terhubung langsung dengan darah salib Kristus, lewat salib yang harus kita pikul di tengah ibadah ini, sehingga oleh darah itu kita dipelihara, dilindungi, dibela; bukan saja dari virus wabah Corona, tetapi kita dipelihara, dilindungi, dibela dari segala perkara-perkara di mana hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, keadaan dunia sudah semakin gelap karena dunia ini sudah diliputi oleh puncaknya dosa, itulah dosa makan minum, yang memuncak sampai kepada dosa kawin mengawinkan.
 
Maka, selanjutnya saya juga tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN senantiasa membukakan firman-Nya kepada kita malam ini untuk memimpin kehidupan kita sampai kepada kerohanian yang tertinggi, kelak berada dalam kerajaan kekal, tanpa batas, suasana penyembahan, suasana penyerahan diri sepenuhnya.
Kiranya kita diberkati malam ini, sehingga ibadah ini tidak menjadi percuma.
 
Segera kita memperhatikan STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab.
Rut 3:1
(3:1) Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: "Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?
 
Intinya; Naomi sedang berusaha mencari seorang suami bagi Rut, supaya menantunya itu berbahagia. Sikap ini menunjukkan bahwasanya Naomi adalah seorang ibu yang rohani, sebab ia memiliki pandangan tentang masa depan, yakni tentang kebahagiaan dalam nikah yang rohani.
 
Ibu Naomi adalah gambaran dari gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat, di mana tugasnya ialah mengasuh dan merawati sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya. Maka, seorang pemimpin sidang jemaat harus mengerti tentang sasaran akhir dari ibadah pelayanan atau perjalanan rohani gereja TUHAN di atas muka bumi, yang tidak lain tidak bukan ialah pesta nikah Anak Domba atau perjamuan malam kawin Anak Domba. Itulah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, yaitu pesta nikah Anak Domba.
 
Jadi, seorang gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) harus mengerti sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini, yang tidak lain tidak bukan adalah pesta nikah Anak Domba, supaya kita boleh mengalami kebahagiaan.
 
Wahyu 19:6-8
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
 
Sasaran akhir perjalanan rohani yang sangat panjang dari gereja TUHAN di atas muka bumi ini akan berakhir atau berujung pada satu titik yang sudah TUHAN tentukan, yaitu perjamuan malam kawin Anak Domba atau pesta nikah Anak Domba.
Dalam suasana pesta nikah Anak Domba;

-          Yesus, Anak Domba Allah, tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.

-          Sedangkan gereja TUHAN yang sempurna tampil sebagai mempelai wanita-Nya.

 
Wahyu 19:9
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
 
Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” Jadi, sudah sangat jelas, bahwa; kebahagiaan akan dialami oleh gereja TUHAN yang sempurna atau sidang mempelai TUHAN dalam pesta nikah Anak Domba.
 
Kebahagiaan itu akan terjadi, kalau gereja TUHAN masuk dalam pesta nikah Anak Domba, sehingga tanpa ragu saya mengatakan, bahwa; sasaran akhir dari setiap ibadah-ibadah di bumi ini bukanlah berkat-berkat secara lahiriah dan bukan soal mujizat-mujizat atau tanda-tanda heran semata.
Sebenarnya, kalau kita mencari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya, maka secara otomatis semuanya itu akan ditambahkan, yaitu berkat-berkat secara lahiriah akan ditambahkan, kemudian mujizat-mujizat (tanda-tanda heran) sebagai berkat rohani akan mengikuti kehidupan kita masing-masing. Yang pasti, cari dahulu Kerajaan Sorga, maka;

-          Berkat jasmani ditambahkan.

-          Berkat rohani, yaitu mujizat-mujizat atau tanda-tanda heran, akan terus mengikuti kehidupan kita.

Kita akan alami sendiri secara otomatis. Tidak perlu kita kejar mujizat kemana-kemana; asal kita terlebih dahulu mencari Kerajaan Sorga, serta kebenaran yang ada di dalamnya, maka berkat jasmani akan ditambahkan dan berkat rohani akan mengikuti kehidupan kita, dan akan kita alami pribadi lepas pribadi.
 
Kebenaran ini tidak boleh diputarbalik, supaya gereja TUHAN tidak keliru, tidak salah sasaran di dalam hal mencari TUHAN atau mencari Kerajaan Sorga, serta kebenaran yang ada di dalamnya; sebagaimana di dalam Amsal 16:25Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
Namun, di hari-hari terakhir ini, Setan telah masuk ke dalam rumah TUHAN untuk memutarbalik fakta dan merusak pengertian dari anak-anak TUHAN, tandanya; banyak orang Kristen beribadah dan melayani hanya untuk mencari berkat-berkat lahiriah dan mujizat-mujizat atau tanda-tanda heran semata.
 
Kesimpulannya: Hal yang pokok di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kita di hadapan TUHAN adalah Kerajaan Sorga serta kebenaran yang ada di dalamnya, bukan yang lain-lain.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan Wahyu 4, di mana Wahyu 4:1-11 adalah Tabernakel Sorgawi atau SUASANA SORGA.
Wahyu 4:1-2
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
 
Di dalam Kerajaan Sorga terdapat sebuah:

-          Takhta terdiri di sorga.

-          Di takhta itu duduk Seorang.

Pendeknya: Kerajaan Sorga suatu bangunan yang sangat indah dan sangat menawan, namun bila tanpa takhta dan tanpa Seorang duduk di atasnya, maka sorga tidak ada artinya bagi kita, tidak ada nilainya.
 
CONTOH yang sederhana: Seindah-indahnya kehidupan seseorang, tidaklah menjadi berarti jikalau Allah tidak bertakhta di dalam kehidupan orang itu. Persamaannya; sekalipun ia adalah seorang konglomerat, pejabat tinggi, orang kaya, punya harta, punya uang yang banyak, bisnisnya berhasil, punya gelar yang sangat tinggi, dan lain sebagainya, tetapi kalau Allah tidak bertakhta di dalam kehidupannya -- takhta Allah dan Seorang tidak duduk di atasnya --, maka kehidupan orang seperti itu tidak ada artinya.
 
Kerajaan Sorga serta kebenaran yang ada di dalamnya, bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada Ruangan Maha Suci dengan satu alat yang ada di dalamnya, yakni Tabut Perjanjian.
 
Keluaran 25:10
(25:10) "Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.
 
Perintah TUHAN untuk bangsa Israel ialah supaya membuat Tabut Perjanjian dari kayu penaga, di mana ukurannya ialah;

-          Panjangnya 2.5 (dua setengah) hasta.

-          Lebarnya 1.5 (satu setengah) hasta.

-          Tingginya 1.5 (satu setengah) hasta.

Tetapi tidak ada kesempatan untuk menguraikan soal ukuran ini.
Yang pasti, perintah TUHAN kepada bangsa Israel ialah bangsa Israel harus membuat Tabut Perjanjian dari kayu penaga.
 
Keluaran 25:21-22
(25:21) Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. (25:22) Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel."
 
Perhatikan kalimat: “Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu” Kalimat ini menunjukkan bahwa Tabut Hukum atau Tabut Perjanjian, jelas adalah takhta Allah; sementara Seorang yang duduk di atasnya sama dengan kebenaran.
 
Singkatnya: TUHAN mendambakan supaya kehidupan kita sebagai manusia menjadi takhta Allah, dan TUHAN mau mendudukkan kebenaran itu di dalam kehidupan kita masing-masing. TUHAN mau supaya kehidupan kita menjadi takhta Allah, selanjutnya TUHAN mau mendudukkan kebenarna itu di dalam kehidupan kita, karena kehidupan kita adalah takhta Allah; itu adalah kerinduan TUHAN, supaya kita memahaminya.
 
Jadi, sasaran kita untuk beribadah, sasaran seorang pelayan untuk melayani, bukan soal berkat-berkat, bukan soal demonstrasi untuk mengadakan mujizat-mujizat kesembuhan yang seringkali diadakan dalam setiap pertemuan ibadah, bukan itu; tetapi sasaran kita adalah Kerajaan Sorga, di mana di dalamnya ada kebenaran, maka semuanya nanti ditambahkan, baik berkat jasmani maupun berkat rohani, mujizat kesembuhan, dan lain sebagainya, semua ditambahkan.
Tetapi yang pasti, TUHAN mau supaya kehidupan kita semua menjadi takhta Allah, lalu selanjutnya TUHAN mau dudukkan kebenaran itu di dalam kehidupan kita sebagai takhta Allah. Kiranya dapat dipahami dengan baik.
 
Yohanes 1:14
(1:14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
 
Firman Allah menjadi manusia, itulah pribadi Yesus sebagai kebenaran; dan “diam di antara kita” = bertakhta = bertabernakel.
Pertanyaannya: SIAPA YANG AKAN BERTAKHTA?
Jawabnya: “Firman yang menjadi manusia”, -- tidak lain tidak bukan -- itulah pribadi Yesus, penuh kasih karunia dan kebenaran; itulah yang mau didudukkan dalam kehidupan kita sebagai takhta Allah. Sekali lagi saya sampaikan; kasih karunia dan kebenaran itu mau didudukkan dalam kehidupan kita sebagai takhta Allah, takhta Anak Domba.
 
Yohanes 1:16-17
(1:16) Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; (1:17) sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
 
Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
Kebenaran yang semacam ini yang TUHAN mau dudukkan di dalam kehidupan gereja TUHAN.
 
CONTOH:
Yohanes 8:2-4
(8:2) Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. (8:3) Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah(8:4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
 
Sementara Yesus duduk dan mengajar di Bait Allah (rumah TUHAN = bertabernakel), kemudian ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang perempuan yang tertangkap basah berbuat zinah pada pagi itu.
 
Yohanes 8:5
(8:5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
 
Menurut hukum Taurat, perempuan itu akan dirajam (dilempar) sampai mati = tanpa kasih karunia dan kebenaran.
Kemudian, mereka bertanya: “Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menanyakan pendapat Yesus tentang rencana untuk melempari perempuan itu sampai mati.
 
APA PENDAPAT YESUS kalau perempuan itu dirajam atau dilempari sampai mati?
Yohanes 8:6
(8:6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
 
Sebenarnya, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengatakan hal itu hanya untuk mencobai Yesus saja, tidak lebih tidak kurang.
Tujuannya ialah supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Jadi, mereka mencobai Yesus dengan tujuan supaya ada alasan bagi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk mempersalahkan Yesus, sebab:

-          Apabila Yesus berkata: “Silahkan melempari perempuan itu sampai mati”, maka konsekuensinya adalah Yesus akan berhadapan dengan Pilatus, Yesus akan dituduh karena membuat pengadilan sendiri.

-          Apabila Yesus melarang untuk melempari perempuan itu (melarang perempuan itu untuk dirajam), maka konsekuensinya adalah Yesus akan berhadapan dengan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, yaitu imam besar, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua; karena menurut hukum Taurat, perempuan yang kedapatan berzinah harus dirajam, harus dilempar sampai mati.

 
Namun dalam hal ini, kita melihat: Yesus tidak menjawab mereka, tetapi Yesus justru mengambil sikap, yaitu membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
 
Yohanes 8:7
(8:7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
 
Karena tidak ada jawaban, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus menerus mendesak Yesus dan bertanya kepada-Nya. Ketika Ia didesak, Ia pun bangkit berdiri, lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.
Jadi, Yesus tidak perintahkan untuk melempar perempuan itu, tetapi siapa yang merasa diri tidak berdosa, silahkan dia yang pertama untuk melemparkan perempuan itu dengan batu, perempuan dirajam sampai mati.
 
Ini adalah hikmat dari sorga supaya kita semua juga penuh dengan hikmat, akal budi dan kebijaksanaan, baik dalam hal bersikap, bertutur sapa, teramat lebih di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN. Jangan sampai kita sudah bertahun-tahun ikut TUHAN tetapi tidak berlaku bijaksana, menolak pengertian sehingga tidak menjadi orang yang rendah hati; ini adalah suatu keteledoran, kelalaian dan kekeliruan.
 
Yesus tidak mau menjawab walaupun Ia didesak, namun Yesus berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu, kita lihat reaksi mereka setelah mendengar pernyataan dari Yesus.
 
Yohanes 8:8-9
(8:8) Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. (8:9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
 
Setelah mengatakan hal itu, lalu Ia membungkuk pula untuk yang kedua kali dan menulis dengan jari-Nya di tanah. Tetapi setelah mereka mendengarkan pernyataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya, tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya; perempuan itu tetap ditempatnya bersama dengan Yesus.
 
Kalau memang kita bersalah, biarlah kita mengakui dan menyerah kepada TUHAN. Biarlah kehendak TUHAN yang jadi.
 
Yohanes 8:10-11
(8:10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" (8:11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
 
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepada perempuan itu: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawab perempuan itu: “Tidak ada, Tuhan” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.
 
Singkatnya: Dari peristiwa ini kita melihat bahwa Yesus penuh dengan kasih karunia dan kebenaran, itulah yang mau TUHAN dudukkan dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi, karena kita adalah takhta Allah. Yang mau TUHAN dudukkan adalah kasih karunia dan kebenaran.
 
Namun, dalam kisah ini, kita dapat melihat, bahwa: Yesus membungkuk dan menulis dengan jari-Nya di tanah, lalu Ia bangkit. Yesus melakukan hal itu sebanyak dua kali.
Membungkuk dan bangkit, jelas itu menunjuk; kasih dari Allah yang dinyatakan kepada manusia lewat pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya. Dan kasih Allah -- lewat pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus ini -- dituliskan pada loh-loh daging, yaitu hati manusia. Dengan demikian; tergenapilah 10 (sepuluh) hukum yang tertulis pada kedua loh batu YANG PERTAMA, dan  10 (sepuluh) hukum yang tertulis pada kedua loh batu YANG KEDUA.
 
Lihat, PERINCIAN dari kedua loh batu yang pertama dan kedua loh batu yang kedua, di dalam suratan 1 Yohanes 2.
1 Yohanes 2:7-8
(2:7) Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar(2:8) Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu, telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya.
 
Perintah lama itulah firman Allah yang kita dengar = penuh dengan firman.
Peritah baru ialah kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya = penuh dengan Roh Kudus, sehingga hati kita diterangi.
 
Tetapi, kita lihat dulu di dalam Injil Yohanes 8:9.
Yohanes 8:9
(8:9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
 
Tetapi setelah orang banyak dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang Farisi mendengarkan perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya, tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
 
Akhirnya, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pergi meninggalkan tempat itu; sebaliknya, Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Pendeknya: Hati perempuan itu telah diterangi; sebaliknya, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sekalipun penuh dengan firman, tetapi hati mereka tidak diterangi, hati mereka tetap di dalam kegelapan.
Bayangkan, penuh dengan firman tetapi hati mereka tidak diterangi, hati mereka tetap di dalam kegelapan.

-          Ahli Taurat; ahli dengan Taurat.

-          Orang Farisi juga berasal dari ahli dengan Taurat.

Tetapi hati mereka tidak diterangi; sebaliknya, Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Pendeknya, kembali saya sampaikan: Hati perempuan itu telah diterangi; sebaliknya, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sekalipun mereka penuh dengan firman, tetapi hati mereka tidak diterangi, hati mereka tetap di dalam kegelapan.
 
Perintah yang pertama ialah firman yang telah kamu dengar = penuh dengan firman.
Perintah yang baru ialah kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya; hati telah diterangi, itulah perintah yang baru, diterangi oleh terangnya Roh-El Kudus, tidak ada lagi yang disembunyikan.
 
1 Yohanes 2:9
(2:9) Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.
 
Membenci saudara menunjukkan bahwa ia masih berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Apa artinya kita mengerti Firman TUHAN, penuh dengan firman, tetapi kegelapan masih menguasai seseorang sampai sekarang, seperti ahli Taurat dan orang Farisi? Tidak ada artinya. Itu sama dengan orang yang tidak menghargai kasih Allah.

Yesus mati dan bangkit, itu merupakan kasih Allah; lalu dalam kesempatan itulah Yesus menuliskan di tanah dengan jari-Nya, dituliskan pada loh-loh daging, yaitu hati kita, supaya kita semua penuh dengan firman bahkan, sampai pada akhirnya hati kita diterangi, tidak ada sesuatu yang disembunyikan. Tetapi rupanya, ahli Taurat dan orang Farisi meninggalkan mereka, sehingga tinggallah Yesus seorang diri bersama dengan perempuan itu di tempat itu.
Kalau memang kita punya kesalahan dan mau mengakuinya dan mau menyerah kepada TUHAN dengan mengakui semua kesalahan, maka hati kita diterangi, tidak ada lagi kegelapan.
 
Kalau kita kembali memeriksa kisah di dalam Yohanes 8:
Kekeliruan dari pada ahli Taurat dan orang Farisi itu bermula dari suatu tindakan yang tidak disadari, karena menurut hukum Taurat, perempuan tersebut harus dirajam di lapangan atau di tempat yang terbuka, tetapi sebaliknya, mereka membawa perempuan yang kedapatan berzinah itu ke dalam rumah TUHAN, karena mereka ingin mencobai TUHAN.
Jadi, kalau hati mereka masih tetap di dalam kegelapan, itu bermula dari kesalahan yang tidak disadari, karena menurut hukum Taurat, sebenarnya perempuan tersebut harus dirajam di tempat yang terbuka (di lapangan). Begitu kedapatan berbuat zinah di pagi hari, menurut hukum Taurat harus langsung dirajam, tidak perlu bertanya kepada TUHAN Yesus; harusnya dibawa ke lapangan (tempat yang terbuka) dan langsung saja dirajam, itu menurut hukum Taurat. Tetapi karena mereka hendak mencobai TUHAN, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi justru membawa perempuan itu ke Bait Allah (rumah TUHAN), sebab Yesus sedang duduk mengajar di Bait Allah.
Berarti, kalau ahli Taurat dan orang Farisi membawa perempuan itu ke rumah TUHAN, sama artinya; mereka sedang menajiskan rumah TUHAN. Ini adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. Hal ini harus dipahami dengan baik.
 
Mari kita lihat NUBUATAN YEREMIA.
Yeremia 7:9-11
(7:9) Masakan kamu mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu, membakar korban kepada Baal dan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal, (7:10) kemudian kamu datang berdiri di hadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan, sambil berkata: Kita selamat, supaya dapat pula melakukan segala perbuatan yang keji ini! (7:11) Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman TUHAN.
 
Mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu, membakar korban kepada Baal dan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal; ini adalah perbuatan atau tindakan yang menajiskan seseorang.
 
Rumah TUHAN sebetulnya tidak boleh dijadikan sebagai tempat pembunuhan atau tidak boleh dinajiskan, sebab TUHAN melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam rumah TUHAN. Oleh sebab itu, tidak boleh kita sesuka hati datang beribadah dan melayani, tidak boleh sesuka hati menajiskan rumah TUHAN, tidak boleh ada pembunuhan (kebencian) di dalam rumah TUHAN, sebab TUHAN melihat semua perkara itu. Jadi, ahli Taurat dan orang Farisi ini sudah merusak rumah TUHAN.
 
Kita BANDINGKAN kalau andaikata ahli Taurat dan orang Farisi memiliki Roh Mempelai.
Yohanes 2:9-10
(2:9) Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki, (2:10) dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."
 
Perikop ayat ini adalah “Perkawinan di Kana”, pesta nikah di Kana, berarti di dalamnya ada Roh Mempelai, bukan?
 
Roh Mempelai tidak membicarakan atau tidak sibuk melihat sesuatu yang kurang baik, tetapi justru memikirkan supaya orang lain masuk ke dalam tubuh Mempelai atau masuk ke dalam kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai TUHAN. Itulah Roh Mempelai; tidak sibuk melihat sesuatu yang kurang baik, sebaliknya memperhatikan orang lain supaya mereka juga masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai TUHAN... Wahyu 19:6-9.
Jangan sibuk melihat kekurangan orang lain; jangan menginginkan kejahatan kenajisan orang lain; kalau memiliki Roh Mempelai justru kita memperhatikan orang lain demi kebaikan mereka dengan membawa mereka masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai TUHAN, milik kepunyaan TUHAN, itulah Roh Mempelai.
Tetapi ahli Taurat dan orang Farisi tidaklah demikian; mereka keliru oleh perbuatan mereka sendiri. Seharusnya, perempuan itu dirajam di tempat yang terbuka (di lapangan), tetapi anehnya, mereka membawa perempuan itu ke dalam rumah TUHAN untuk mencobai TUHAN, di mana Yesus sedang duduk mengajar di dalam rumah TUHAN.
 
Ketika TUHAN bertakhta di dalam rumah TUHAN; kesempatan semacam ini biarlah kita manfaatkan selagi masih ada kesempatan, jangan disia-siakan.
 
Malam ini, kita sudah melihat bahwa; kasih karunia dan kebenaran itulah yang TUHAN mau dudukkan di takhta-Nya. Kehidupan kita ini merupakan takhta Allah, supaya kita semua penuh dengan kasih karunia dan kebenaran.
 
Kita kembali memperhatikan Injil Yohanes 8.
Yohanes 8:10-11
(8:10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" (8:11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
 
Sesudah membungkuk, lalu Yesus bangkit berdiri untuk yang kedua kali, dan sekaligus berkata kepada perempuan itu: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Jawabnya: Tidak ada, Tuhan. Lalu kata Yesus: Aku pun tidak menghukum engkau.” Berarti, TUHAN sedang mendudukkan kasih karunia dan kebenaran itu kepada hidup dari pada perempuan ini. TUHAN sudah menyatakan atau mendudukkan kasih karunia dan kebenaran kepada perempuan yang kedapatan berzinah di pagi hari.
 
Tetapi, selanjutnya, TUHAN berkata: “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.
Sebetulnya, ini merupakan tindakan yang jauh lebih berat, sebab kita harus “pergi”, tetapi dalam keadaan “jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang -- mulai dari sejak itu --”. Kalau kita sudah mendapat pengampunan oleh karena kasih karunia dan kebenaran, selanjutnya kita harus pergi, meninggalkan segala tabiat yang lama; ini adalah pekerjaan yang harus kita perhatikan lebih sungguh-sungguh lagi, supaya jangan kembali ke tabiat yang lama.
 
Singkatnya: TUHAN sudah mendudukkan kasih karunia dan kebenaran.
 
Kita akan KAITKAN dengan Wahyu 4.
Wahyu 4:3-4
(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.
 
Selanjutnya kita melihat, Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan;

1.      Batu permata Yaspis.

2.      Batu permata Sardis.

3.      Batu permata Zamrud.

Singkatnya: Yesus adalah permata yaspis, permata sardis, permata zamrud, yang duduk di takhta itu.
 
Batu permata yaspis”, menunjuk kepada; iman yang luar biasa, iman yang heran, IMAN YANG BRILIAN, sehingga menampilkan kehidupan kita seperti permata yaspis, permata yang paling indah di mata TUHAN.
Contoh; Abraham. Oleh karena iman yang brilian, Abraham menjadi bapa orang percaya. Masih banyak lagi tokoh-tokoh iman, di mana oleh karena iman yang brilian, iman yang heran, mereka menjadi sama seperti batu permata yaspis, berharga di mata TUHAN oleh karena iman.
 
Batu permata sardis” berwarna merah, itu menunjuk kepada; kasih Allah lewat sengsara (penderitaan) dan kematian Yesus Kristus di atas kayu salib. Demikian juga, oleh karena kasih yang brilian ini, kasih yang luar biasa, sehingga seseorang tampil menjadi batu permata sardis.
Biarlah kehidupan kita menjadi batu permata sardis, karena betul-betul kita hidup di dalam KASIH YANG HERAN, KASIH YANG SEMPURNA. Jadi, kasih yang sempurna itu yang membuat kehidupan kita menjadi batu permata sardis.
 
Batu permata zamrud”, itu berbicara tentang; kehidupan yang heran oleh karena kuasa Roh-El Kudus, sehingga kehidupannya menjadi suatu kehidupan yang indah, bagaikan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang. Kehidupan yang indah sekaligus berhasil, bagaikan batu permata zamrud.
Biarlah kehidupan kita betul-betul berada dalam pengaruh yang besar dari kuasa ROH KUDUS dalam segala perkara, supaya kehidupan kita ini menjadi suatu kehidupan yang indah seperti pelangi melingkungi takhta itu, tidak berhenti sampai di situ, tetapi juga gilang-gemilang; berhasil, luar biasa; apalagi seorang imam (pelayan TUHAN) akan gilang-gemilang, berhasil, luar biasa dipakai oleh TUHAN.
 
Inilah yang akan didudukkan oleh TUHAN di takhta itu, karena Yesus penuh kasih karunia dan kebenaran. Maka, kita harus mengerti Kerajaan Sorga bukan soal makan, minum, dan pakaian, tetapi Kerajaan Sorga berbicara soal kebenaran. Kebenaran semacam ini janganlah diputar balik dan kiranya dapat dipahami dengan baik, sampai akhirnya kita bagaikan tiga batu permata yang luar biasa;

1.      Batu permata yaspis; menjadi suatu kehidupan yang berharga karena iman yang brilian.

2.      Batu permata sardis; menjadi suatu kehidupan yang berharga bagaikan batu permata sardis karena kasih Allah.

3.      Batu permata zamrud, karena menjadi kehidupan yang betul-betul dipimpin oleh kuasa Roh-El Kudus dalam segala perkara.

Itulah yang TUHAN dudukkan di takhta-Nya, dan kehidupan kita merupakan takhta Allah.
 
Tiga batu permata ini kalau dikaitkan dengan PERISTIWA YUSUF;

-     Oleh iman yang brilian, Yusuf melewati pengalaman kematian, di mana ia dilemparkan ke dalam sumur. Itu merupakan iman; dibenarkan oleh darah salib, karena Yakub telah melihat jubah yang maha indah itu telah dilumuri darah... Kejadian 37:31-33.

       Dibenarkan oleh darah Yesus, itu berbicara soal iman yang brilian, bagaikan permata yaspis.

-     Kemudian, Yusuf difitnah, tanpa menaruh pengharapan kepada manusia, bagaikan kehidupan yang dipenjarakan, tidak bisa membela diri; itu merupakan pengharapan, pekerjaan dari Allah Roh Kudus, bagaikan batu zamrud, sampai dipermuliakan.

-     Akhirnya, Firaun juga bermimpi, dan Yusuf dapat mengartikan mimpi itu, dapat melihat kemuliaan dari Kerajaan Sorga, itulah permata sardis yang telah didudukkan dalam kehidupan Yusuf.

 
Kita bersyukur kepada TUHAN, karena tiga batu permata didudukkan dalam kehidupan kita masing-masing;

-     Yusuf dibenarkan oleh darah Yesus, karena Yakub sendiri berkata: “Ini jubah anakku” setelah memeriksa jubah yang telah dilumuri oleh darah.

-     Kemudian, saat difitnah, Yusuf tidak membela diri, tidak menaruh pengharapan kepada orang lain, bagaikan dipenjara. Orang yang tidak membela diri bagaikan dipenjara, itu adalah pengharapan Allah Roh Kudus; batu zamrud didudukkan dalam hidup Yusuf. 

-     Pada akhirnya dipermuliakan; batu permata sardis didudukkan dalam kehidupan Yusuf.

Inilah KASIH KARUNIA dan KEBENARAN yang didudukkan dalam kehidupan kita sebagai takhta Allah.
 
Tiga batu permata;

-          Kebenaran karena iman (dibenarkan oleh darah salib), itulah batu permata yaspis.

-          Menaruh pengarapan kepada TUHAN, itulah batu permata zamrud.

-          Dipermuliakan bersama dengan Dia (dalam kasih), itulah batu permata sardis.

Itulah yang didudukkan.
Kalau berbicara “batu permata”, berarti jelas menunjuk suatu kehidupan yang berharga. TUHAN mau membuat kehidupan kita berharga; TUHAN mau dudukkan kebenaran itu dalam kehidupan kita.
Terlalu banyak kesalahan-kesalahan yang menajiskan rumah TUHAN; ahli Taurat dan orang Farisi telah merusak tubuh Kristus karena mencobai Yesus, juga mencobai perempuan yang berbuat dosa, merusak tubuh dan merusak Kepala.
 
Biarlah hati penuh dengan Firman Allah dan biarlah nyata ujung jari TUHAN menuliskan kasih Mempelai di hati kita masing-masing pribadi lepas pribadi.

-          Yang pertama; penuh dengan Firman.

-          Yang kedua; hati diterangi oleh Roh Kudus.

Biarlah kita tetap tinggal di tempat bersama dengan TUHAN; menyerahkan diri untuk kembali dibentuk di tangan penjunan. TUHAN kembali memperbaiki kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Siapakah kehidupan yang hina ini yang menajiskan rumah TUHAN tetapi akhirnya menjadi batu permata yaspis, menjadi batu permata zamrud, menjadi batu permata sardis.
 
Jikalau kehidupan kita ini tanpa TUHAN dudukkan kebenaran, maka hidup kita tentu saja tidak berharga. Sekali lagi saya sampaikan; kalau kita tidak menjadi takhta Allah, maka kita tidak akan berharga. TUHAN yang membuat kita berharga.
Kerajaan Sorga merupakan suatu bangunan yang indah dan menawan di hati, namun bila tanpa takhta, tanpa Seorang duduk di takhta, maka sorga tidaklah berarti. Persamaannya; sekalipun seseorang memiliki harta kekayaan uang banyak, bisnis berhasil, kedudukan, jabatan tinggi, gelar yang tinggi, namun bila tanpa takhta dan Seorang duduk di atas takhta, singkatnya kalau Allah tidak bertakhta di hati kita, maka itu semua tidaklah bernilai.
 
Perempuan yang kedapatan berzinah TUHAN jadikan takhta Allah; TUHAN dudukkan kasih karunia dan kebenaran itu di dalam dirinya sampai menjadi tiga batu permata yang berharga. Siapa kita ini menjadi batu permata yaspis, menjadi batu permata zamrud, menjadi batu permata sardis? Jelas itu semua karena kemurahan TUHAN. Tanah liat tidak mungkin menjadi batu permata, tetapi tanah liat bisa menjadi batu permata di tangan penjunan.
Jangan tanya: apakah saya bisa sempurna? TUHAN bisa lakukan segala-galanya asal bertahan di tempat, mau dibentuk untuk menerima segala kemurahan-kemurahan dari TUHAN. Bertahan di tempat, berarti mau dibentuk di tangan penjunan, bagaikan ujung jari TUHAN menulis di tanah; dibentuk.
Yang dahulu, hidup kita sama dengan tanah liat, tetapi sekarang, kita patut bersyukur karena sudah menjadi batu permata. Hai, yang telah menajiskan rumah TUHAN, sekarang berharga di mata TUHAN. 
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

 

Pemberita Firman

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

 

sumber: https://gptserangcilegon.blogspot.com/2020/09/ibadah-pendalaman-alkitab-24-september.html



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 24 SEPTEMBER 2020
 
KITAB RUT
(Seri: 111)
 
Subtema: KASIH KARUNIA DAN KEBENARAN DUDUK DI TAKHTA ALLAH 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BINATANG YANG KELUAR DARI DALAM LAUT = ANTIKRIS

Segala puji, segala hormat selayaknya hanya bagi Dia, tidak untuk yang lain-lain, yang sudah memperkenankan kita untuk mengusahakan Ibadah R...