Senin, 30 November 2020

RINDU MENCARI TEMPAT BERBARING


Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena rahmat-Nya dan kasih karunia yang luar biasa dianugerahkan kepada kita, dan itu adalah kesempatan bagi kita untuk memperoleh keselamatan jiwa kita masing-masing.
Tidak lupa juga saya menyapa sidang jemaat yang ada di Malaysia, di Bandung, bahkan di Jakarta, di Sumatera, bahkan para pemirsa yang tekun mengikuti Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab, baik yang di dalam negeri, mulai dari yang di Papua, NTT, maupun yang ada di Sulawesi Utara dan Selatan, yang ada di Jakarta, Jawa Barat, di Sumatera, di Kepulauan Riau, di Nias, di mana pun anda berada; selamat malam, TUHAN memberkati kita sekaliannya.
Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya kiranya firman itu meneguhkan hati kita masing-masing, bagaikan rumah yang dibangun di atas batu; kuat menghadapi ujian-ujian, sehingga damai sejahtera Kristus memerintah di dalam hidup, ibadah, pelayanan, teramat lebih dalam nikah dan rumah tangga kita masing-masing, dengan syarat; membuka hati dengan lebar-lebar terhadap pembukana Firman TUHAN, mendengar Firman TUHAN dengan segala kerendahan di hati, tidak memberontak, tidak membela diri, tidak merasa diri lebih baik, lebih benar, untuk menyerang orang lain kembali.
 
Kita kembali memperhatikan STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci. Kita akan memperhatikan Rut 3:2-4, namun kita awali dari Rut 3:1, supaya benang merahnya tidak terputus.
 
Rut 3:1
(3:1) Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: "Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?
 
Di sini kita melihat: Naomi berusaha untuk mencari tempat perlindungan bagi Rut, menantunya itu. Dengan demikian, menunjukkan bahwa; Naomi adalah seorang hamba TUHAN atau gembala sidang yang memiliki pandangan rohani.
 
Tempat perlindungan à Pesta nikah Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini. Muara dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba, sesuai dengan yang tertulis dalam Wahyu 19:6-9.
 
BUKTI BAHWA NAOMI MEMILIKI PANDANGAN ROHANI.
Rut 3:2-4
(3:2) Maka sekarang, bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya perempuan telah kautemani itu, adalah sanak kita? Dia pada malam ini menampi jelai di tempat pengirikan; (3:3) maka mandilah dan beruraplahpakailah pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat pengirikan itu. Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia selesai makan dan minum. (3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan".
 
Ada 5 (lima) perintah Naomi yang harus dikerjakan (dilakukan) oleh Rut -- dan kelima hal tersebut merupakan perkara penting --, antara lain:
1.      Mandilah.
2.      Beruraplah.
3.      Memakai pakaian bagus.
4.      Pergilah ke tempat pengirikan.
5.      Perhatikanlah baik-baik tempat ia berbaring.
 
Kelima hal tersebut harus dilakukan oleh Rut untuk mendapatkan tempat perlindungan atau berada pada pesta nikah Anak Domba.
Demikian halnya dengan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, harus ditandai dengan 5 (lima) perkara tersebut, sebagai langkah-langkah untuk berada dalam rencana Allah yang besar.
 
Pendeknya: Pesta nikah Anak Domba adalah mega proyek dari Allah yang tidak bisa dipungkiri oleh gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, dan yang cukup menyita perhatian, disertai dengan pengorbanan kita yang sangat besar pula.
 
Selanjutnya, kita akan kembali memperhatikan ...
Keterangan: V. PERHATIKAN BAIK-BAIK TEMPAT IA BERBARING (Seri 2)
Perkara yang kelima pada seri yang pertama sudah disampaikan pada minggu yang lalu. Selanjutnya, malam ini kita akan kembali memperhatikan seri yang kedua dari “Perhatikanlah baik-baik tempat ia berbaring”
 
Soal “berbaring” ini sudah harus menjadi perhatian khusus bagi kita di hari-hari terakhir ini, untuk menyongsong kedatangan-Nya kembali untuk yang kedua kalinya. Sebagaimana dengan Daud, ia juga mempunyai pengalaman di dalam hal “berbaring”.
 
Mazmur 23:1-2
(23:1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (23:2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
 
TUHAN adalah Gembala yang baik. Sedangkan masing-masing hidup kita adalah domba-domba-Nya.
 
Bukti TUHAN adalah Gembala yang baik ialah Ia menyediakan tempat untuk membaringkan domba-domba-Nya. Ini adalah suatu bukti bahwa TUHAN adalah Gembala yang baik, dengan demikian domba-domba terpelihara dengan baik.
 
Terkait dengan hal itu, kita akan memperhatikan soal BERBARING lebih rinci di dalam Kidung Agung, yang juga merupakan pengalaman dari Sulamit atau mempelai wanita TUHAN.
Kidung Agung 1:7A
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Di sini kita memperhatikan Kidung Agung 1:7 bagian ACeriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Kerinduan mempelai perempuan dari Mempelai Laki-Laki Sorga ialah mencari tempat untuk berbaring. Mengapa demikian?
 
Kita memperhatikan Kidung Agung 1:7 bagian B: Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Mengapa mempelai perempuan mempunyai kerinduan yang begitu mendalam untuk mencari tempat untuk berbaring? Jawabnya ialah sebab mempelai perempuan menolak untuk menjadi serupa pengembara; ia tidak mau menjadi pengembara.
 
Kalau mempelai perempuan TUHAN mempunyai kerinduan yang mendalam untuk mencari tempat untuk berbaring, menunjukkan bahwa mempelai perempuan menolak untuk menjadi sama dengan pengembara. Jangan kita menjadi pengembara di atas muka bumi ini.
Jadi, kalau sampai hari ini TUHAN membawa kita dalam penggembalaan GPT “BETANIA”, itu karena kemurahan hati TUHAN.
 
Di dalam sistim penggembalaan, ternyata TUHAN menyediakan tempat untuk berbaring bagi domba-dombanya. Tujuannya adalah supaya mempelai perempuan tidak menjadi serupa pengembara.
 
Mari kita lihat PERSAMAANNYA di dalam Yeremia 50.
Yeremia 50:6
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanyadibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
 
Dahulu, umat Allah sama seperti domba-domba yang hilang.
 
Persamaan “hilang” di sini, ada 2 (dua):
YANG PERTAMA: Dibiarkan sesat oleh gembala-gembala = Diterkam dan dicerai-beraikan oleh serigala atau binatang buas, jelas itu menunjuk; nabi-nabi palsu lewat ajaran palsu mereka.
Jadi, ajaran palsu ini adalah cara dari pada nabi-nabi palsu untuk menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba dari kandang penggembalaan, supaya domba-domba menjadi liar, tidak tergembala.
 
Praktek ajaran palsu ada 2 (dua):

1.      Sibuk mengadakan mujizat di tengah ibadah dan pelayanan, namun salib diabaikan.

Untuk kesekian kali, saya kembali menyampaikannya dengan tandas; sekalipun sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, tetapi kalau salib diabaikan dari tengah-tengah ibadah pelayanan, maka mujizat itu tidak ada artinya, ibadah pelayanan itu tidak ada artinya.

2.      Pemberitaan firman Allah di tengah-tengah ibadah hanya sebatas dongeng nenek-nenek tua, cerita-cerita isapan jempol -- menyampaikan satu dua ayat firman lalu ditambahkan dengan cerita si kancil, si kura-kura, si buaya, dan lain sebagainya --, kemudian takhayul-takhayul, filsafat-filsafat kosong, dan silsilah-silsilah yang tidak ada putus-putusnya.

 
Persamaan “hilang” di sini, ada 2 (dua):
YANG KEDUA: Dibiarkan mengembara di gunung-gunung = Beribadah di semua gunung-gunung atau beribadah di semua tempat-tempat rumah TUHAN =  beribadah di sembarang tempat.
Ini namanya “mengembara”. Jadi, bukan berarti kalau seseorang beribadah di semua tempat rumah TUHAN, lalu disebut orang yang rohani, tidak. Kemudian, mengikuti KKR di mana-mana; di mana ada KKR, di situ dia ada; di tempat lain ada KKR juga, di situ dia ada juga, itu bukan orang rohani. Untuk apa mengikuti KKR di mana-mana tetapi tinggalkan ibadah dan pelayanan dalam sebuah penggembalaan? Itu namanya “mengembara”, bukan berbaring di sebuah tempat penggembalaan.
 
Kemudian, berjalan dari gunung ke bukit. Artinya; memang beribadah, tetapi masalahnya atau persoalan hidupnya tidak terselesaikan. Hati-hati, beribadah, tetapi masalahnya tidak terselesaikan (belum mengakui dosa yang disembunyikan), baik kejahatannya, baik kenajisannya, baik kecemarannya, dusta, dan tipu daya; hati-hati dengan hal yang semacam itu.
Itulah yang disebut dengan “berjalan dari gunung ke bukit”; beribadah, tetapi masalahnya belum selesai; sidang jemaat beribadah, tetapi masalahnya belum selesai; atau seorang imam melayani TUHAN, tetapi masalahnya belum selesai. Masalah itu banyak, baik dosa kejahatan, baik dosa kenajisan, baik keinginan dagingnya, terikat dengan perkara lahiriah, dan lain sebagainya. Hati-hati dengan perkara yang demikian.
 
Inilah yang terjadi apabila umat TUHAN menjadi pengembara.
 
AKIBAT MENGEMBARA.
Yeremia 50:6
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
 
Akibatnya ialah lupa akan tempat pembaringannya lupa mencari tempat untuk berbaring.
Inilah kerohanian yang liar, mengembara, yaitu; lupa mencari tempat untuk berbaring.
 
Saya juga ingatkan sidang jemaat: Jangan sering-sering tinggalkan penggembalaan hanya demi keinginan daging entah itu pengaruh daging dari saudara laki-laki, entah itu saudara perempuan.
 
Yeremia 50:7
(50:7) Siapa pun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada TUHAN, tempat kebenaran, TUHAN, pengharapan nenek moyang mereka!
 
Siapa pun yang menjumpai mereka, siapapun yang menjumpai domba-domba yang mengembara (tidak mempunyai tempat tinggal untuk berbaring), memakan habis mereka, dan yang lucunya lagi, lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah!, sekalipun sudah salah.
Menyakiti orang lain, bukankah itu adalah hal yang salah? Tetapi lawan-lawan berkata: Kami tidak bersalah! Hal ini tentu ada artinya.
 
DAMPAK NEGATIF LUPA TEMPAT TINGGAL PEMBARINGAN ialah semua musuh memakan habis mereka.
Ada 3 (tiga) musuh yang kita hadapi selama kita ada di atas muka bumi ini:
1.      Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan.
2.      Daging dengan segala keinginannya.
3.      Iblis atau Setan dengan segala pemberontakannya.
Inilah 3 (tiga) musuh yang sedang kita hadapi selama kita ada di atas muka bumi ini.
 
Kemudian, setelah mereka dimakan habis oleh musuh (lawan-lawan), selanjutnya musuh berkata: “Kami tidak bersalah!
Artinya; domba-domba yang tidak mempunyai tempat untuk berbaring tidak mengalami pemeliharaan dari TUHAN dan tidak mengalami pembelaan dari Gembala Agung, dengan kata lain; diserahkan ke tangan musuh.
 
Miliki Roh Mempelai yang merindukan tempat untuk berbaring; itulah Roh Mempelai. Itu sebabnya, kita berdoa dan membuktikan bahwa kita memiliki Roh mempelai.
Kalau kita memperhatikan pelajaran tentang Ester: Sekalipun perempuan-perempuan yang cantik-cantik itu sudah berada di benteng Susan, mereka berada di dalam perawatan, namun dari sekian banyak wanita-wanita yang cantik, hanya satu pribadi terpilih, itulah pribadi Hadasa, dengan lain kata; ESTER. 
Dalam satu tahun itu, setiap perempuan diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Ahasyweros, tetapi kalau Ahasyweros tidak memilih, maka mereka tidak kembali ke balai perempuan yang pertama, melainkan berada pada balai perempuan yang kedua, artinya menjadi gundik. Dan gundik ini dapat kembali menghadap raja Ahasyweros, kalau Ahasyweros menghendakinya. Tetapi Ester tidak demikian; Ester selalu bersama-sama Mempelai Laki-Laki Sorga.
Jadi, tidak semua nanti gereja TUHAN menjadi mempelai TUHAN. Oleh sebab itu, miliki Roh Mempelai yang rindu mencari tempat untuk berbaring.
 
Saya kira hal ini sangatlah jelas. Jadi, tidak ada alasan untuk mempersalahkan TUHAN manakala ada sesuatu negatif yang terjadi di kemudian hari.
 
Kembali saya sampaikan: Setelah mereka dimakan habis oleh musuh (lawan-lawan) mereka, selanjutnya musuh berkata: “Kami tidak bersalah!” Artinya; domba-domba yang tidak mempunyai tempat untuk berbaring tidak mengalami pemeliharaan dari TUHAN dan tidak mengalami pembelaan dari Gembala Agung, dengan kata lain; diserahkan ke tangan musuh.
 
Lebih jauh lagi kita melihat soal MENGEMBARA, yang memang betul-betul diserahkan ke tangan musuh.
Kejadian 4:12,14
(4:12) Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi." (4:14) Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku."
 
Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu ... Jadi, tanah itu tidak memberikan hasil yang maksimal, tidak menghasilkan sepenuhnya lagi; tanah tidak menghasilkan lagi secara utuh 100% (seratus persen), karena tanah itu sudah dicemari oleh kebencian di hati.
Tetapi berbeda; kalau andaikata kita tergembala, maka tanah (hati) itu akan tetap menghasilkan buah yang baik, dengan buah 100% (seratus persen), untuk selanjutnya bisa dinikmati oleh TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan kita di hadapan TUHAN.
 
Kita lihat lebih jauh lagi tentang “seorang pengembara”: ... engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi, itulah Kain yang menjadi pelarian, pengembara, tidak ada tempat untuk tinggal berbaring. Kemudian, Kain berkata: Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku".
 
Singkatnya: Kain menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi di hadapan TUHAN, dan tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepada Kain.
Karena pada dasarnya, TUHAN tidak mengindahkan ibadah dan pelayanannya, TUHAN tidak mengindahkan korban dan persembahannya; Kain hanyalah seorang pencundang, bukan seorang aktor intelektual, bukan seorang pelaku firman yang menyenangkan hati TUHAN. Jadi, sudah sangat benar sekali; tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya kepada Kain.
 
Kejadian 4:3-5
(4:3) Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; (4:4) Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, (4:5) tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
 
Kain hanya mempersembahkan sebagian dari hasil tanah, bukan 100 % (seratus persen), tidak sepenuhnya. Jadi, dia hanya seorang pecundang saja, bukan aktor intelektual, bukan menjadi pelaku firman di hadapan TUHAN, yang menyenangkan hati TUHAN, bukan. Memang dia hanya pecundang saja, bukan pelaku utama di dalam melakukan Firman TUHAN di hadapan TUHAN.
 
Kain adalah seorang yang mudah panas hati, mudah tersinggung, mudah sakit hati, tanpa dapat menunjukkan kemampuannya di dalam hal mengasihi TUHAN dan sesama dengan sungguh-sungguh. Hanya bisa panas hati, hanya bisa bersungut-sungut, hanya mudah tersinggung dan sakit hati, tanpa dapat menunjukkan kemampuannya di dalam hal mengasihi TUHAN dan sesamanya dengan sungguh-sungguh. Itulah orang yang tidak mampu; hanya mudah sakit hati saja, tersinggung, merasa tersakiti, dan lain sebagainya.
 
Itulah kehidupan yang “mengembara”, yang tidak mempunyai tempat untuk tinggal berbaring; hanya mudah tersinggung, sakit hati, panas hati. Kalau orang yang tidak tahu persoalannya, ia akan mudah terpengaruh dengan kata-katanya, lalu turut mempersalahkan orang lain.
Hati-hati, walaupun itu adalah orang tua, atau anak, atau saudara laki-laki, atau saudara perempuan, tetapi jangan terpengaruh; sebab yang lebih tahu segala sesuatu adalah TUHAN. Karena, orang di sekitar kita belum tentu tahu kita seperti apa, bahkan orang tua pun belum tentu tahu anaknya seperti apa di luaran sana; sebaliknya dengan anak terhadap orang tua; hanya TUHAN yang lebih tahu.
Itu sebabnya, beberapa hari lalu saya tergerak untuk menelepon (menghubungi) seorang pelayan TUHAN, yang ternyata dia sudah berboncengan dengan laki-laki; itu bukanlah tahbisan yang baik. Hanya TUHAN yang tahu. Oleh sebab itu, kalau melihat anak panas hati, jangan lekas-lekas mendengar suara panas hati dari anak, apalagi turut mempersalahkan yang tidak perlu kita salahkan.
 
Jadi, Kain ini hanyalah seorang pecundang, bukan aktor intelektual, dia hanya seorang yang mudah panas hati, mudah teringgung, mudah tersakiti, tanpa menunjukkan kemampuannya di dalam hal melakukan Firman TUHAN, tanpa menunjukkan kemampuannya di dalam hal mengasihi TUHAN dengan sungguh-sungguh.
Kiranya hal ini dapat dipahami dengan sungguh-sungguh; bukan pura-pura “amin” di sini, tetapi di kemudian hari terbawa perasaan lagi, tidak mengerti apa-apa.
 
Biarlah kita sungguh-sungguh di dalam mengikuti TUHAN. Tidak boleh setengah-setengah hati mengikut TUHAN, sebab akan mengalami kerugian sendiri di kemudian hari. Sungguh-sungguh mengikuti TUHAN supaya kita menjadi berkat di tengah ibadah, di tengah pelayanan di mana pun berada.
Jadilah berkat. Jangan hanya mudah panas hati, tersinggung, itu namanya “pencundang”, yang tidak mampu melakukan yang baik, hanya bisa panas hati. Seharusnya, kita adalah aktor intelektual, menjadi pelaku utama di dalam hal melakukan firman, supaya nyata buah-buah yang baik di hadapan TUHAN, menjadi pelaku utama di dalam hal mengasihi TUHAN dan sesama dengan sungguh-sungguh. Jangan menjadi pecundang yang hanya bisa panas hati saja.
 
Sekarang, pertanyaannya: SIAPAKAH PENGEMBARA TERSEBUT, yang tidak mempunyai tempat untuk berbaring?
Kidung Agung 1:7B
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Yang menjadi pengembara di sini ialah "teman-teman".
 
Mari kita lebih jauh melihat keadaan dari “teman-teman” di dalam Injil Matius 11.
Matius 11:16-17
(11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
 
Mari kita memperhatikan kalimat atau ungkapan-ungkapan yang dibagi dalam 2 (dua) bagian:
-          Yang pertama: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari.
-          Yang kedua: Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
 
Pendeknya: "teman-teman" di dalam ayat ini, berbicara tentang; orang yang mendengar Firman Allah tetapi tidak mau melakukannya. Berarti, "teman-teman" à Orang yang tidak taat.
 
Sebetulnya, jika seseorang mendengar firman tetapi tidak melakukannya, hal itu mengandung resiko yang sangat tinggi. Apalagi kalau sudah terbiasa mendapatkan pembukaan Firman Allah yang begitu dalam dan luas tentang hal rahasia Kerajaan Sorga dan soal nikah (hubungan kita dengan TUHAN), ini resikonya tinggi. Resikonya bukan hanya tidak selamat dan binasa, tetapi menjadi ahli Taurat dan orang Farisi yang mengerti tentang Firman TUHAN, tetapi akhirnya menjadi pemberontak; itulah resikonya.
Kalau orang di luaran sana, mereka berani memberontak TUHAN, ujungnya binasa. Tetapi berbeda dengan ahli Taurat dan orang-orang Farisi; ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, tetapi berani memberontak kepada TUHAN, itu yang lebih sakit lagi. Jadi, resikonya tinggi. Bahkan, bila hal itu terjadi terus menerus, maka orang yang demikian bisa serang balik, karena ia sudah mengerti firman. Yang TUHAN tuntut dari kita hanya satu, yaitu dengar-dengaran.
 
Jadi, "teman-teman" à Orang yang tidak taat kepada Firman TUHAN.
 
Lihatlah KEADAAN ORANG YANG TIDAK TAAT di dalam Amsal 29.
Amsal 29:9
(29:9) Jika orang bijak beperkara dengan orang bodoh, orang bodoh ini mengamuk dan tertawa, sehingga tak ada ketenangan.
 
Reaksi dari orang bodoh jika firman Allah dinyatakan kepadanya ialah mengamuk dan tertawa.
Berarti, tergantung dari bentuk firman yang disampaikan ...

-          Kalau dalam bentuk penyucian yang sifatnya mengoreksi dosa, kejahatan dan kenajisan, maka orang bodoh pasti mengamuk.

-          Kalau dalam bentuk pidato, dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, cerita-cerita isapan jempol yang disertai dengan guyon, yang disertai dengan lucu-lucu, maka orang bodoh akan tertawa dan senang.

 
Banyak orang bodoh, apa buktinya? Menyukai pemberitaan firman; satu ayat firman, lalu ditambahkan dengan cerita-cerita isapan jempol, dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, filsafat-filsafat, disertai dengan guyon-guyon; itu adalah orang bodoh.
Kalau menerima pemberitaan firman dalam bentuk penyucian yang sifatnya mengoreksi dosa, maka orang bodoh pasti mengamuk. Itulah orang bebal.
Jadi, tergantung dari bentuk pemberitaan firman; kalau menyukakan daging, dia akan tertawa, tetapi kalau bentuk penyucian, sifatnya mengoreksi dosa, maka dia akan melawan; itulah orang bodoh. Ini adalah pengembara yang tidak taat kepada firman.
 
Kemudian, kalau sebentar mengamuk dan sebentar lagi tertawa, berarti; tidak ada ketenangan.
 
Lanjut kita melihat tentang "teman-teman" ini di dalam Injil Matius 11.
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan(11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminumsahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya".
 
Pada akhirnya, "teman-teman" tampil sebagai pengejek-pengejek;

-          Mengejek Yohanes Pembaptis sebagai orang yang kerasukan setan, alasannya; karena Yohanes Pembaptis berpuasa atau tidak makan dan tidak minum.

-          Mengejek Anak Manusia sebagai pelahap dan peminum. Kemudian, mengejek Anak Manusia sebagai sahabat pemungut cukai dan sahabat orang berdosa.

 
Pendeknya: Pekerjaan dari "teman-teman" di sini ialah hanyalah untuk mencari cela orang lain. Hanya untuk mengejek, serta mencela orang lain.

-          Yohanes Pembaptis dicela karena ia berpuasa.

-          Kemudian, Anak Manusia dicela ketika duduk makan dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa.

Singkatnya: Pengejek-pengejek ini hanyalah untuk mencela orang lain, mencari kelemahan-kelemahan orang lain saja, tanpa ia ketahui kebenarannya.
 
Mengapa saya katakan “tanpa ia ketahui kebenarannya”? Pada ayat 19B dikatakan: Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Manusia tidak dibenarkan oleh perkataannya, tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
Jadi, kebenaran itu dilihat dari perbuatan (tindakan) saat memikul salib; itulah hikmat Allah, itulah yang membenarkan. Jadi, manusia tidak dibenarkan dengan ungkapan-ungkapan yang manis, tidak dibenarkan dengan perkataan-perkataan yang manis, kelihatan lemah lembut, kelihatan sopan, kelihatan beretika, kelihatan mempunyai pendidikan yang tinggi, karena tutur kata yang bagus, tidak. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
Itu sebabnya tadi saya katakan: mereka berkata-kata, tetapi tidak tahu apa yang dikatakannya; mereka bertindak tetapi tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka hanya bisa mencela, tetapi tidak tahu apa yang mereka cela, tidak tahu kebenaran yang sesungguhnya.
 
Kemudian, kita lihat "teman-teman" yang akhirnya menjadi “pengejek-pengejek”. Kalau hari ini menjadi “pengejek”, maka di zaman akhir pun menjadi “pengejek-pengejek”. Kalau awalnya “pengejek-pengejek”, maka pada akhir zaman "teman-teman" juga menjadi “pengejek-pengejek”.
 
2 Petrus 3:3-4
(3:3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya(3:4) Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan".
 
Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya.
Kalau pada awalnya "teman-teman" menjadi “pengejek-pengejek”, maka di akhir zaman "teman-teman" juga akan tampil sebagai “pengejek-pengejek”, karena mereka itu adalah orang yang mengembara, tidak mempunyai tempat untuk berbaring. Dan “pengejek-pengejek” ini hidup dalam hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
 
Pada hari-hari zaman akhir, akan tampil pengejek-pengejek, mereka adalah orang-orang yang hidup dalam hawa nafsu dan keinginan daging yang jahat, tidak hidup di dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus.
 
Adapun ejekan mereka ialah: “Di manakah janji kedatangan-Nya itu?
Kalau ejekan mereka seperti itu, berarti sama dengan; tidak percaya dengan janji kedatangan TUHAN.
 
Alasan mereka mempunyai ejekan semacam itu adalah, pada ayat 4 dikatakan: Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan. Keadaan dunia ini tidak berubah dari dahulu sampai sekarang sekalipun zaman berganti zaman, bahkan nenek-nenek moyang mereka sudah mati pun tetap dunia ini sama; itulah alasan mereka.
Dunia ini tetap sama; zaman berganti zaman, namun dunia ini tetap sama; itu alasan mereka menjadi pengejek dan mereka tidak yakin tentang kedatangan TUHAN. Seolah-olah kedatangan TUHAN itu hanya janji-janji yang tidak akan tergenapi; seolah-olah seperti itu.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Mengapa mereka menjadi pengejek? Karena mereka melihat dunia ini sama; dahulu sampai dengan sekarang tidak berubah, bahkan zaman berganti zaman pun sama saja, tidak berubah.
Dunia (planet bumi) ini tidak akan mungkin berubah menjadi matahari, tetap saja; biar zaman berganti zaman -- artinya, nenek moyang mereka sudah mati pun, leluhur mereka sudah mati pun -- tidak akan pernah berubah.
Demikianlah “teman-teman” ini mengejek, tetapi tidak tahu apa ejekannya; ini adalah suatu kebodohan.
 
2 Petrus 3:5-6
(3:5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (3:6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah.
 
Pengejek-pengejek tidak yakin dengan kuasa dari firman Allah, sekalipun firman Allah berkuasa;

-          Berkuasa untuk mengadakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada.

-          Berkuasa untuk membentuk kehidupan yang rusak menjadi baru lagi; itu adalah gambaran dari zaman Nuh.

-          Berkuasa untuk menghakimi setiap orang -- besar-kecil, tua-muda, laki-laki perempuan -- dan tentu penghakiman-Nya adalah penghakiman yang adil; yang benar diselamatkan -- bagaikan domba ditempatkan di sebelah kanan --, dan yang salah dibinasakan -- seperti kambing ditempatkan di sebelah kiri Gembala itu --.

 
Sekali lagi saya sampaikan: Pengejek-pengejek tidak percaya dengan firman Allah, tidak yakin dengan kuasa firman Allah, sekalipun firman Allah itu berkuasa. Adapun kuasa dari Firman Allah:

1.      Berkuasa menciptakan langit, bumi dan segala isinya.

2.      Berkuasa untuk memperbaiki keadaan; kehidupan yang najis diperbaiki kembali, seperti zaman Nuh.

3.      Berkuasa untuk menjadi hakim, menghakimi setiap orang dengan penghakiman yang adil. Yang salah akan binasa, yang benar akan diselamatkan; itu adalah penghakiman yang adil. 

 
Sekalipun Firman Allah berkuasa, namun pengejek-pengejek tidak mau tahu dengan kuasa firman Allah yang demikian rupa heran dan ajaib.
Jangan sampai kehidupan kita seperti itu; sudah tahu firman dengan pembukaannya sangat berkuasa sebagaimana kuasa-Nya menciptakan sesuatu yang tidak ada, sebagaimana kuasa-Nya mengubahkan kehidupan yang najis menjadi manusia baru, dan Ia juga berkuasa untuk penghakiman di akhir zaman nanti dengan sebuah penghakiman yang adil.
Jangan sampai kehidupan kita seperti “teman-teman” ini, di mana mereka pada awalnya “pengejek”, dan pada akhirnya tampil sebagai “pengejek”, tidak berubah.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan 2 Petrus 3:8-9. Ayat ini dalam dua minggu ini saya perhatikan terus muncul, ini bukanlah suatu kebetulan, tetapi kita harus semakin waspada, semakin hati-hati, bahwa betul-betul hari-hari ini adalah hari-hari terakhir. Jangan kita bermain-main lagi.
 
2 Petrus 3:8-9
(3:8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (3:9) Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
 
Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, bapak ibu yang saya kasihi, saudara saudarai yang saya kasihi, termasuk sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, termasuk para pemirsa yang tekun mengikuti Firman Pengajaran Mempelai lewat live streaming baik di dalam maupun di luar negeri, perhatikan: yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
 
Perlu untuk diketahui: Di hadapan TUHAN, 1 (satu) hari sama seperti 1.000 (seribu) tahun. Sebaliknya, 1.000 (seribu) tahun sama seperti1 (satu) hari.
 
Kita ini sudah berada pada ujung 6.000 (enam ribu) tahun, berarti hari ke-6 (keenam), 6.000 (enam ribu) tahun, bahkan sudah lebih 20 (dua puluh) tahun. Seharusnya, kita sudah berada pada hari ke-7 (ketujuh), sabat TUHAN Yesus, perhentian kekal. Tetapi, mengapa TUHAN belum datang juga, dengan kata lain; mengapa kita belum berada pada hari ke-7 (ketujuh)?
Jelas, jawabannya adalah; bukan berarti TUHAN lalai menepati janji-Nya, tetapi itu merupakan panjang sabar TUHAN kepada kita semua. Untuk apa panjang sabar TUHAN? Sebab Ia menghendaki supaya kita jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Artinya, pertobatan itu harus 100 % (seratus persen).
Pertobatan itu tidak boleh setengah-setengah. Setengah bertobat, artinya; berhenti berbuat dosa, misalnya; 
-          Dahulu merokok, lalu setelah berada dalam penggembalaan, tidak lagi merokok.
-          Dahulu suka pencuri, lalu setelah berada dalam penggembalaan, tidak lagi mencuri.
-          Dahulu pendusta, lalu setelah berada dalam penggembalaan, tidak lagi berdusta.
Itu baru “setengah bertobat”.
Tetapi yang TUHAN mau, pertobatan itu harus 100 % (seratus persen). Artinya; berbalik kepada TUHAN = setelah berhenti berbuat dosa, selanjutnya serahkan diri kepada TUHAN. Berbalik kepada TUHAN, itu adalah pertobatan 100 % (seratus persen). Bertobatlah 100 % (seratus persen).
 
Jadi, kalau pun kita sudah berada pada penghujung 6.000 (enam ribu) tahun, bahkan lebih 20 (dua puluh) tahun, bukan berarti TUHAN lalai; tetapi itu merupakan panjang sabarnya TUHAN. Panjang sabarnya TUHAN merupakan kesempatan supaya jangan ada yang binasa dari antara kita, seorang pun jangan ada yang binasa.
Oleh sebab itu, TUHAN menghendaki supaya kita bertobat 100 % (seratus persen), bukan setengah bertobat.
 
Sekarang, kita akan melihat; JALAN KELUARNYA.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Di sini kita melihat: Nampaklah suatu kerinduan yang mendalam dari mempelai perempuan, yaitu mencari tempat untuk berbaring.
 
Kalau kita memiliki Roh Mempelai, pasti ada kerinduan untuk tergembala, mencari tempat untuk berbaring. Dan di sisi lain, dalam sistim penggembalaan, memang TUHAN sudah menyediakan tempat tinggal untuk berbaring bagi domba-domba, sehingga domba mengalami pemeliharaan dan mengalami pembelaan dari TUHAN.
 
Mencari tempat untuk berbaring, itulah perintah yang kelima dari Naomi, mertuanya; dan hal itu pun dikerjakan oleh Rut.
 
Rut 3:6-7
(3:6) Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. (3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
 
Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu.  Mempelai Laki-Laki Sorga selalu terkait dengan pembukaan firman Allah. Hal ini harus kita ketahui,
 
Kemudian, di sini kita memperhatikan: Datanglah Rut dekat dengan diam-diam. Hal ini menunjukkan bahwa Rut melakukan sesuai dengan perintah Naomi yang ke-5 (kelima) kepadanya. Selanjutnya, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ. Inilah perintah Naomi yang ke-5 (kelima), yaitu berbaring di kaki Boas.
 
Malam ini kita mendengarkan firman Allah, dan itu juga merupakan perintah TUHAN bagi kita. TUHAN juga menuntut kita untuk segera mencari tempat untuk berbaring, jangan menghendaki dan mencari yang lain-lain.
Yang TUHAN tuntut dari kehidupan umat TUHAN, sebagai kawanan domba Allah, adalah mencari tempat untuk berbaring, tidak yang lain-lain. Dan dalam hal ini, Rut melakukannya; ini juga merupakan kerinduan yang mendalam dari pada mempelai perempuan, ini kerinduan yang mendalam dari Sulamit, yang ternyata dilakukan oleh Rut setelah ia mendengarkan perintah Naomi yang ke-5 (kelima).
Dan saya berharap juga, kita melakukan hal yang senada setelah kita mendapatkan firman TUHAN sebagai perintah untuk segera kita lakukan menjelang waktu petang. Jangan kita tolak, karena itu mengandung resiko tinggi.
 
Kita kembali membaca Kidung Agung 1.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Berbaring di Kaki Boas, menunjukkan bahwa; Mempelai Laki-Laki adalah jantung hati dari mempelai perempuan
Dan hal itu tercermin dari ungkapan yang keluar dari mulut Sulamit, ungkapan mempelai perempuan: "Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku".
 
Kalau kita mencari tempat tinggal untuk berbaring, jelas itu menunjukkan sebuah tindakan bahwa TUHAN, yang merupakan Mempelai Laki-Laki Sorga, adalah jantung hati kita masing-masing.
 
Fungsi jantung ialah memompa darah untuk dialirkan ke seluruh anggota tubuh melalui urat-urat dan sendi-sendi.
 
Kolose 2:19
(2:19) sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya.
 
Perhatikan kalimat: Seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya.
Singkatnya: Urat-urat dan sendi-sendi, jelas itu menunjuk; hamba-hamba TUHAN yang sudah menerima 5 (lima) jabatan. Saya ini hamba TUHAN, yang sudah menerima jabatan gembala.
Pendeknya: Lewat pelayanan hamba TUHAN, lewat pelayanan dari seorang gembala sidang, maka anak-anak TUHAN (sidang jemaat Allah) menerima pertumbuhan ilahinya. Tidak mungkin sidang jemaat bertumbuh rohaninya, kalau ia tidak menerima pelayanan dari seorang hamba TUHAN; kalau ia tidak digembalakan oleh gembala sidang, tiadalah mungkin sidang jemaat mengalami pertumbuhan rohani.
Jadi, janganlah kita sombong, artinya; janganlah kita coba-coba andalkan kekuatan ini, jangan coba-coba andalkan kemampuan ini, jangan andalkan manusia, siapapun.
 
PUNCAK PERTUMBUHAN ROHANI ialah tubuh dengan Kepala menyatu.
-          Setelah percaya kepada TUHAN Yesus Kristus sebagai pintu gerbang sorga.  
-          Selanjutnya menjunjung tinggi korban Kristus = bertobat.
-          Lalu akhirnya lahir baru; mati dan bangkit, itu adalah baptisan air.
-          Selanjutnya ialah baptisan Roh Kudus, dalam susunan Tabernakel terkena pada pintu kemah.
tetapi, tidak boleh berhenti sampai di situ, sebab itu barulah asas-asas pertama dari ajaran Kristus. 
Setelah menerima asas-asas pertama dari ajaran Kristus (kebenaran tentang ajaran Kristus) ini, selanjutnya beralih kepada perkembangannya yang penuh, berarti; berada di dalam Bait Suci Allah, yakni berada di dalam Ruangan Suci untuk tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, di mana ibadah kita dituntun, dipimpin oleh tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) untuk dibawa sampai kepada kekekalan. 
Doa penyembahan, jelas itu berbicara tentang perobekan daging, dengan lain kata; perobekan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, sehingga terbukalah jalan untuk berada di dalam Ruangan Maha Suci, itulah kesempurnaan. 
Itulah puncak pertumbuhan yang kita peroleh lewat pelayanan dari seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan rasul, nabi, penginjil, gembala, dan guru. Puncaknya ialah tubuh dan Kepala menyatu. Penyatuan antara tubuh, yang adalah gereja TUHAN, dengan Kristus, yang merupakan Kepala dari tubuh. 
 
Sekarang, kita akan memperhatikan; HUBUNGAN TIMBAL BALIK DARI KERINDUAN MEMPELAI PEREMPUAN. 
Tadi kita melihat; ada kerinduan dari mempelai perempuan, dan dari kerinduan itu, dia menunjukkan bahwa TUHAN adalah Mempelai Laki-Laki, jantung hati. Jadi, kerinduan itu tidak cukup hanya keluar dari mulut, tetapi dibuktikan dari perbuatan kita. Jadi, kalau sampai hari ini kita mencari tempat untuk berbaring dalam penggembalaan, itu adalah wujud nyatanya. 
Nah, sekarang, kita akan melihat hubungan timbal balik dari kerinduan mempelai perempuan tadi di hadapan Mempelai Laki-Laki.
 
Kita kembali untuk membaca Kidung Agung 1. Kita sudah memperhatikan kerinduan dari mempelai perempuan pada ayat 7, sekarang kita akan memperhatikan timbal baliknya pada ayat 8.
Kidung Agung 1:8
(1:8) -- Jika engkau tak tahu, hai jelita di antara wanita, ikutilah jejak-jejak domba, dan gembalakanlah anak-anak kambingmu dekat perkemahan para gembala.
 
Jika engkau tak tahu ... Memang, kita ini adalah orang bodoh, tetapi ada kerinduan yang mendalam untuk mencari tempat tinggal untuk berbaring, bukan? Kita tidak boleh sok tahu, kita tidak boleh merasa diri lebih pandai hanya karena sudah mengerti. Tetap kita ini harus menganggap diri bodoh, supaya kita memperoleh pengertian dari sorga. 
Jika engkau tak tahu, artinya; memang kita ini bodoh di hadapan TUHAN. Bodoh karena salib Kristus; bodoh karena sengsara karena salib; bodoh karena aniaya karena firman, tetapi kita punya kerinduan. 
 
Selanjutnya, Mempelai Laki-Laki berkata: “hai jelita di antara wanita” Inilah jawaban atau timbal balik dari Mempelai Laki-Laki kepada mempelai perempuan. Dalam ejaan lama disebut: hai engkau yang terelok dari antara segala orang perempuan. Maksudnya; dari semua yang tercantik, hanya satu yang tercantik. 
Kiranya, hal ini nyata dalam diri kita masing-masing, yaitu menjadi jelita di antara wanita; kiranya hal itu nyata di pemandangan TUHAN dalam diri kita masing-masing. Ayo, kerinduan tidak boleh hanya kerinduan; tetapi kerinduan, biarlah itu menjadi suatu kenyataan, ada wujudnya di hadapan TUHAN.
 
Sebetulnya, penampilan jasmaniah kita, itu bagaikan pemantulan dari hubungan kita dengan TUHAN. 

-          Jika hubungan kita dengan TUHAN baik dan terpelihara, maka tentu saja penampilan jasmaniah kita juga baik.

-          Secara rohani, kita bisa menjadi indah jika kita menuruti firman TUHAN.

Itu adalah feed back kalau kita melakukan firman.
 
Perhatikan: Peliharalah hubungan yang baik dengan TUHAN. Kita akan menjadi cantik dan elok di mata TUHAN, kalau kita memelihara firman TUHAN; itu adalah feed back.
Sudah ada hubungan timbal balik, bukan? Jadi, pemberitaan firman bukan hanya sebatas isapan jempol, tetapi harus menjadi suatu kenyataan. “Hai jelita di antara wanita
 
Sekarang, mari kita memperhatikan: BUKTI MEMPELAI PEREMPUAN ITU INDAH (CANTIK).
Kidung Agung 1:5-6
(1:5) Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem, seperti kemah orang Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma. (1:6) Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggurkebun anggurku sendiri tak kujaga.
 
Memang hitam aku, tetapi cantik. Memang hitam, tetapi cantik; hitam, tetapi manis. Jangan putih, tetapi pahit; segalanya pahit, perkataannya pahit, sikapnya pahit, semuanya pahit.
Tetapi, yang benar adalah sesuai ungkapan Sulamit, sesuai dengan ungkapan mempelai perempuan -- yang pada ayat 8 juga sudah dingkapkan oleh Mempelai Laki-Laki --, “Memang hitam aku, tetapi cantik”, memang hitam aku, tetapi manis.
 
Puteri Sion berbeda dengan puteri-puteri Yerusalem, yang hanya sebatas seperti kemah orang Kedar, hanya sebatas seperti tirai-tirai orang Salma. Tetapi puteri Sion, mempelai perempuan TUHAN atau Sulamit, berkata: “Memang hitam aku, tetapi cantik”, memang hitam aku, tetapi manis. Sudah ada feed back, pemantulan dari ungkapan yang keluar dari Mempelai Laki-Laki pada ayat 8 tadi.
 
Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam ... Jadi, jangan lihat hitamnya, jangan lihat lahiriahnya, jangan lihat yang di luar, yang terpenting adalah manusia rohani. Kalau jasmaninya bagus dan baik ya puji TUHAN, tetapi yang terpenting adalah manusia rohani; itu yang dicari TUHAN. Untuk apa cantik di luar, tetapi hatinya tidak cantik, tidak manis.

-          Yang perempuan; tidak perlu engkau mendambakan laki-laki yang baik secara fisik, yang penting adalah rohaninya.

-          Yang laki-laki juga; tidak perlu engkau melihat fisiknya yang menarik terlihat putih, yang penting adalah rohaninya, manusia dalamnya, manusia batiniahnya.

Manusia dalam, manusia batiniah, itulah yang terpenting bagi TUHAN; karena yang jasmaniah, yang ada ini akan berlalu suatu saat nanti.
 
Mempelai perempuan hitam tetapi cantik atau hitam tetapi manis -- terkhusus soal manusia batiniahnya --, dan itu sudah tercermin dari ungkapan Mempelai Laki-Laki dalam ayat 8 tadi.
Tetapi BUKTI MEMPELAI PEREMPUAN ITU INDAH (CANTIK) adalah:

1.      Karena terik matahari membakar aku. Artinya; aniaya karena sengsara salib yang telah dialaminya; ia telah hidup dan rela menerima sengsara karena salib, rela menerima aniaya karena firman.

2.      Putera-putera ibuku marah kepadaku. Artinya; sikap rela menerima ketika dikecilkan dan direndahkan oleh sesama.

3.      Aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur. Artinya; mempunyai kegiatan yang hebat -- menjadi penjaga kebun anggur -- sehingga buah anggur yang manis, yang memberi kesukaan tetap terjaga dan terpelihara. Bukankah sampai hari ini kita berada dalam kebun anggur TUHAN, supaya kasih mempelai, buah yang manis dari anggur itu terpelihara? Ini adalah pekerjaan yang baik, ini adalah pekerjaan yang benar, suci dan mulia. Peliharalah Kasih Mempelai; itu yang memelihara kehidupan kita, supaya tetap menyatu; suami isteri menyatu, hubungan kita dengan TUHAN tetap satu -- yang juga disebut hubungan nikah berdasarkan kasih --.

4.      Kebun anggurku sendiri tak kujaga. Kebun anggurnya sendiri tidak dijaga, tetapi ia menjaga kebun anggur orang. Artinya; ada di dalam tanda penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.

 
Inilah keadaan dari mempelai perempuan TUHAN, inilah keadaan dari Sulamit, yang walaupun hitam, tetapi sikapnya cantik; walaupun fisiknya hitam, tetapi sikap dan perbuatannya manis di hadapan TUHAN, sehingga kita patut mengacungkan dua jempol kepada Sulamit, mengangkat dua jempol kepada mempelai perempuan. Miliki Roh Mempelai.
 
Selanjutnya, kita akan melihat; DAMPAK POSITIF BERBARING DI KAKI BOAS.
Rut 3:4,9
(3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan." (3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami".
 
Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring. Tadi kita sudah melihat mempelai perempuan bertanya kepada Mempelai Laki-Laki, bahkan Mempelai Laki-Laki diakui sebagai jantung hati. Artinya; ada kerinduan, bukan sekedar keriduan, tetapi ada kerinduan yang mendalam.
 
Ketika berbaring di kaki Boas, Rut menantikan 2 (dua) perkara:
YANG PERTAMA: Perlindungan dari sayap Allah.
Itulah manfaatnya kita berada atau mencari tempat tinggal untuk berbaring, yaitu supaya mendapat perlindungan dari sayap Allah. 
 
Mari kita lihat manfaat sayap Allah di dalam Yesaya 40.
Yesaya 40:29-30
(40:29) Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. (40:30) Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,
 
Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung. Kerohanian yang masih muda, suatu kali nanti akan lelah dan lesu, sampai tersandung, baik itu laki-laki maupun perempuan.
 
Yesaya 40:31
(40:31) tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
 
Sebaliknya orang yang menanti-nantikan TUHAN, yang mencari tempat untuk berbaring di kaki TUHAN akan mendapat kekuatan yang baru seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya
Kita mengetahui ada lagu pujian “yang menantikan TUHAN membaharui kuatnya”. Orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mengalami pembaharuan dalam hidupnya. Kehidupan yang baru, kepadanya diberikan sayap burung nasar yang besar. Dengan 2 (dua) sayap inilah;
1.      Mereka berlari, namun tidak menjadi lesu.
2.      Mereka berjalan, namun tidak menjadi lelah.
Inilah orang yang menanti-nantikan TUHAN; mendapat kekuatan yang baru seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Mampu melewati persoalan-persoalan, di mana persoalan yang paling memuncak, itulah pada masa aniaya antikris 3.5 (tiga setengah) tahun, itu adalah puncak gelap malam.
 
Inilah yang kita dapatkan kalau kita mencari tempat untuk berbaring, yaitu menantikan sayap burung yang besar sebagai perlindungan, teramat lebih saat menghadapi aniaya antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun -- dan itu akan terjadi nanti --.
 
Ketika berbaring di kaki Boas, Rut menantikan 2 (dua) perkara:
YANG KEDUA: Mendapatkan penebusan.
oleh karena darah salib Kristus, kehidupan saya dan saudara sebagai kawanan domba Allah yang tergembala dalam penggembalaan ini, dibentuk oleh setetes darah Yesus, dibentuk oleh karena penebusan darah salib. Kehidupan kita tergembala, itu karena dibentuk oleh darah salib. Adapun penggembalaan ini dibentuk oleh darah salib, penebusan oleh darah salib.
 
Yesaya 54:4-6
(54:4) Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu(54:5) Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkauTUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi(54:6) Sebab seperti isteri yang ditinggalkan dan yang bersusah hati TUHAN memanggil engkau kembali; masakan isteri dari masa muda akan tetap ditolak? firman Allahmu.
 
Yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya.
Dari yang tidak ada menjadi ada, itu adalah pekerjaan penebus. Dari tanah liat menjadi milik kepunyaan Allah, menjadi isteri Anak Domba; inilah pekerjaan dari “penebusan”. Kalau kita menjadi milik Allah, itu pekerjaan dari penebusan, oleh setetes darah salib sampai akhirnya menjadi milik kepunyaan Allah. Sungguh heran dan ajaib bukan, TUHAN kita? 
 
Tetapi ada lagi yang tidak kalah penting; Allah tidak mengingat dosa masa lalu kita. TUHAN tidak mengingat kejahatan kita, TUHAN tidak ingat kenajisan di masa lalu, dusta, pembohong dan kecemaran-kecemaran yang lain, karena kuasa penebusan menjadikan kita milik kepunyaan Allah.
 
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Dari ayat 7 bagian A ini, kembali saya sampaikan: Dalam sistim penggembalaan, TUHAN sudah menyediakan tempat bagi kita domba-domba-Nya untuk tinggal berbaring dan menikmati pemeliharaan TUHAN. Kita patut bersyukur untuk itu.
 
Yeremia 50:6
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
 
Umat-Ku tadinya, dulu, seperti domba-domba yang hilang, tetapi akhirnya umat TUHAN, bangsa Israel mendapat tempat untuk tinggal berbaring. Ini adalah kemurahan.
Kalau pada akhirnya kita mendapat tempat untuk tinggal berbaring, itu adalah kemurahan TUHAN. Jadi, jangan saudara pikir kebetulan jika kita ada di dalam penggembalaan ini. Mendapat tempat untuk berbaring, itu adalah kemurahan TUHAN; hargai setinggi-tingginya.
 
Roma 11:17
(11:17) Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,
 
Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya, bangsa kafir dicangkokkan pada pokok zaitun, dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah.
Bangsa kafir hanyalah merupakan cabang liar yang dicangkokkan pada pokok dari akar zaitun yang penuh getah, itu adalah kemurahan bagi kita, bangsa kafir. Oleh sebab itu, jangan kita sombong, jangan kita bermegah, dan jangan menganggap diri lebih dari yang lain.
 
“Akar” di sini, jelas itu berbicara tentang akar Daud = tunggul Isai, akar Daud, jelas itu menunjuk;  Pribadi Yesus Kristus.
Jadi, itu karena kemurahan TUHAN saja. Kalau kita, bangsa kafir, yang merupakan cabang liar dicangkokkan pada pokok dari akar zaitun yang penuh getah, itu kemurahan TUHAN. Jangan kita sombong, jangan kita bermegah, jangan kita menganggap diri lebih dari orang lain.
 
Itu semua adalah kemurahan; bersyukurlah kepada TUHAN. Siapa yang menyangka kalau pengertian tentang penggembalaan ini ternyata lebih dari apa yang kita pikirkan, sebelum kita tiba dalam penggembalaan ini. Tetapi pada akhirnya, kalau kita berada dalam penggembalaan, tempat untuk berbaring, itu adalah kemurahan. 
Dahulu kita sesat, dahulu kita hilang, tetapi kalau pada akhirnya ada tempat bagi kita untuk berbaring, itu kemurahan. Jangan kita sombong, jangan kita bermegah, jangan kita menganggap diri lebih dari yang lain, jangan.
 
Kalau kita sudah mempunyai pengertian, gunakan sistim rumus padi; semakin berisi, semakin merendah. Jangan malah berkata: “Ah, dahulu saya sudah mengerti”. Biar saja sudah mengerti, tetap buktikan kebenaran itu kepada TUHAN, hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatan, bukan dengan perkataan.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang 
 

Sumber https://gptserangcilegon.blogspot.com/2020/12/ibadah-pendalaman-alkitab-26-november.html

 



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 NOVEMBER 2020
 
KITAB RUT
(Seri: 118)
 
Subtema: RINDU MENCARI TEMPAT BERBARING
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BINATANG YANG KELUAR DARI DALAM LAUT = ANTIKRIS

Segala puji, segala hormat selayaknya hanya bagi Dia, tidak untuk yang lain-lain, yang sudah memperkenankan kita untuk mengusahakan Ibadah R...