Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita.
Pertama-tama saya mengucap syukur kepada TUHAN; oleh karena rahmat dan kasih karunia-Nya, masih mengizinkan kita, memungkinkan kita untuk mengusahakan dan memelihara Ibadah Doa Penyembahan. Dan kalau kita diberi kesempatan untuk berada di tengah-tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan, tentu saja karena kemurahan dari TUHAN.
Kita saling mendoakan, supaya kita diberi kekuatan, diberi kesehatan, diberi kesempatan untuk menikmati kasih dan kemurahan TUHAN. Dan biarlah lewat pembukaan Firman TUHAN, nanti membawa hidup kita rendah di kaki salib TUHAN, tersungkur di hadapan TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup; artinya, ibadah kita TUHAN pimpin sampai kepada ibadah yang tertinggi, itulah doa penyembahan, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, dengan lain kata terlepas dari daya tarik bumi sehingga kita berkenan untuk duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Sebagaimana Anak sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa, sedang menyoroti, sedang mengamat-amati, sedang memperhatikan ibadah-ibadah yang dikerjakan di atas muka bumi ini.
Kiranya apapun yang kita persembahkan kepada TUHAN berkenan menyenangkan hati TUHAN. Biarlah Ibadah Doa Penyembahan malam ini menjadi korban persembahan bahkan dupa yang berbau harum menyenangkan hati TUHAN.
Tentu saja saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga ibadah ini tidak menjadi percuma kita kerjakan, sehingga segala korban, segala persembahan menyenangkan hati TUHAN.
Segera saja kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 3.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hal ini merupakan pernyataan Allah yang ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Kemudian, seorang suami di dalam hal MENGASIHI ISTERINYA dapat kita pelajari dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak 2 (dua) kali, yakni:
1. Ayat 25-27.
Hal YANG PERTAMA, yaitu ayat 25-27, telah disampaikan (dipaparkan) beberapa waktu yang lalu.
Dan sekarang, kita akan memperhatikan hal YANG KEDUA, yaitu ayat 28-29, di mana seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Berarti, siapa yang mengasihi isterinya = Mengasihi dirinya sendiri; mengapa demikian?
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Sebab antara suami dan isterinya sudah menjadi satu daging (satu tubuh) oleh salib di Golgota.
“Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, jelas hal ini berbicara tentang; salib di Golgota. Sebagaimana dengan Yesus Kristus; Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain; Ia telah meninggalkan Bapa-Nya dan Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga, bahkan Ia telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya, dan itu ditulis dengan jelas oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi 2:5-8. Ia meninggalkan segala sesuatu dan turun ke dunia ini, dan menjadi sama dengan manusia. Sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya, Ia taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.
BUKTI SUAMI MENGASIHI ISTERINYA:
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
“Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya.”
Lebih rinci kita akan melihat tentang MENGASUH dan MERAWATI.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat -- secara khusus dinyatakan di sini kepada sidang jemaat di Tesalonika --, sama seperti seorang ibu ramah terhadap anaknya.
Ibu -> Gembala Sidang atau pemimpin sidang jemaat. Sedangkan tugas dari seorang gembala sidang adalah:
1. Mengasuh kerohanian dari sidang jemaat.
Sejauh ini TUHAN telah mengasuh dan merawati hidup kita masing-masing pribadi lepas pribadi, sebab Ia adalah Gembala Agung yang penuh kasih dan sayang, seperti apa yang dituliskan oleh Raja Daud di dalam Mazmur 23.
Pendeknya: TUHAN Yesus adalah Gembala yang bertanggung jawab kepada sidang jemaat-Nya, sebagai kawanan domba Allah.
Saya juga mau belajar untuk menjadi seorang gembala sidang yang bertanggung jawab; oleh sebab itu, biarlah kita saling mendoakan antara satu dengan yang lain, saling membangun antara satu dengan yang lain, karena memang kita semua adalah tubuh Kristus, dan kita semua adalah kawanan domba Allah; saling terkait, saling membutuhkan antara satu dengan yang lain.
1 Tesalonika 2:8
(2:8) Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
Dalam kasih sayang yang besar terhadap sidang jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus;
- Rela membagi Injil Allah.
- Bahkan rela membagi hidupnya demi sidang jemaat di Tesalonika.
Dalam hal ini, Rasul Paulus telah menunjukkan suatu tanggung jawab yang besar di hadapan TUHAN.
Hamba TUHAN, imam-imam, sampai kepada seluruh sidang jemaat, tanpa terkecuali, sudah seharusnya mengikuti contoh teladan yang telah ditunjukkan oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat yang dia layani.
Tanggung jawab ini bukan saja dimiliki oleh seorang hamba TUHAN, tetapi kita semua, baik hamba TUHAN sampai kepada seluruh sidang jemaat juga harus belajar untuk menunjukkan tanggung jawabnya di hadapan TUHAN.
Dan saya juga berdoa supaya kehidupan sebagai seorang gembala juga bertanggung jawab untuk menggembalakan sidang jemaat di hadapan TUHAN, apapun yang saya alami dan rasakan, bahkan apapun yang terjadi, belajar untuk terus bertanggung jawab. Belajar untuk memperhatikan kawanan domba Allah, sidang jemaat yang TUHAN percayakan terkhusus di dalam hal memberi makan dan minum kawanan domba.
1 Tesalonika 2:9
(2:9) Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.
Di sini kita melihat dengan jelas sejelas-jelasnya, bahwa Rasul Paulus bekerja siang malam dengan segala usaha dan jerih lelah. Pendeknya: Dengan segala pengorbanan di dalam hal memberitakan Injil Allah terhadap sidang jemaat di Tesalonika.
Intinya di sini ialah Rasul Paulus siang malam melayani pekerjaan TUHAN tanpa mengenal lelah. Dalam Pengajaran Tabernakel, disebut dengan tahbisan yang benar dan suci.
Jadi, seorang hamba TUHAN, bahkan juga sampai kepada seluruh sidang jemaat, masing-masing kita harus berada di dalam tahbisan yang baik dan benar di hadapan TUHAN setiap hari, siang dan malam.
Siang malam melayani pekerjaan TUHAN tanpa mengenal lelah dan disertai dengan rasa tanggung jawab, dalam pengajaran Tabernakel disebut dengan tahbisan sehari-hari.
Bilangan 28:3-4
(28:3) Katakanlah kepada mereka: Inilah korban api-apian yang harus kamu persembahkan kepada TUHAN: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela setiap hari sebagai korban bakaran yang tetap; (28:4) domba yang satu haruslah kauolah pada waktu pagi, domba yang lain haruslah kauolah pada waktu senja.
... Dua ekor domba berumur setahun ..., itu berbicara tentang kedewasaan penuh.
Di sini kita melihat: Ada suatu perintah untuk mempersembahkan 2 (dua) ekor domba jantan yang tidak bercela, berumur setahun, setiap hari, sebagai korban bakaran yang tetap di hadapan TUHAN. Berarti, selalu dipersembahkan setiap hari.
Kemudian,
- Domba yang pertama dipersembahkan pada waktu pagi. Kegunaannya adalah untuk sepanjang hari. Kita senantiasa berada dalam tahbisan yang benar, yaitu dengan mempersembahkan korban bakaran di hadapan TUHAN setiap pagi, kegunaannya untuk sepanjang hari.
- Domba yang kedua dipersembahkan pada waktu petang. Kegunaannya adalah untuk sepanjang malam (malam hari).
Jadi, korban (domba) yang pertama dipersembahkan pada waktu pagi untuk sepanjang hari. Tetapi korban yang kedua dipersembahkan pada waktu petang untuk sepanjang malam. Berarti, pengorbanan itu bukan saja pada waktu siang hari, tetapi tidak kalah penting, juga harus dipersembahkan pada waktu malam.
Melayani pekerjaan TUHAN dengan penuh pengorbanan, penuh dengan usaha dan jerih lelah, tetapi hanya pada waktu siang hari, pada malam hari tidak, itu namanya kemunafikan. Itu sebabnya, 2 (dua) ekor domba jantan ini setiap hari harus dipersembahkan sebagai korban bakaran yang tetap;
- Domba yang pertama dipersembahkan pada waktu pagi; kegunaannya untuk sepanjang hari, ditandai dengan korban bakaran, penyerahan diri sepenuh untuk TUHAN, sampai hangus, daging tidak bersuara lagi.
- Domba yang kedua dipersembahkan pada waktu petang; kegunaannya untuk sepanjang malam, dipersembahkan sebagai korban bakaran, berarti sampai hangus.
Demikianlah Rasul Paulus rela membagi Injil Allah, bahkan rela membagi hidupnya kepada sidang jemaat di Tesalonika, siang malam. Inilah tahbisan kita setiap hari di hadpaan TUHAN.
Kalau berbicara tentang “korban bakaran”, itu berbicara tentang penyerahan diri sepenuh kepada TUHAN, sampai hangus. Berarti, di dalam pengorbanan, daging tidak bersuara; baik waktu pagi -- kegunaannya untuk sepanjang hari --, baik waktu petang -- kegunaannya untuk sepanjang malam --.
Bilangan 28:1-2
(28:1) TUHAN berfirman kepada Musa: (28:2) "Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Dengan setia dan pada waktu yang ditetapkan haruslah kamu mempersembahkan persembahan-persembahan kepada-Ku sebagai santapan-Ku, berupa korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi-Ku.
Mempersembahkan korban bakaran, korban pagi dan korban petang, itu merupakan perintah TUHAN yang harus kita perhatikan.
Perlu untuk diketahui: Penyerahan diri sampai hangus, daging tidak bersuara lagi, ini merupakan korban api-apian yang baunya menyenangkan hati TUHAN.
Bilangan 28:2,4
(28:2) "Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Dengan setia dan pada waktu yang ditetapkan haruslah kamu mempersembahkan persembahan-persembahan kepada-Ku sebagai santapan-Ku, berupa korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi-Ku. (28:4) domba yang satu haruslah kauolah pada waktu pagi, domba yang lain haruslah kauolah pada waktu senja.
Kedua domba itu “diolah”, baik ketika dipersembahkan pada waktu pagi, juga ketika dipersembahkan pada waktu senja. Kedua-duanya diolah di hadapan TUHAN, berarti menjadi korban santapan bagi TUHAN.
Jadi, korban bakaran merupakan penyerahan diri kita sepenuhnya kepada TUHAN sampai hangus -- berarti daging tidak bersuara lagi --, itu merupakan korban santapan TUHAN. Dan yang namanya korban santapan, harus betul-betul dinikmati. Kiranya hal itu nyata dalam kehidupan kita masing-masing. Artinya: menikmati segala pengorbanan di tengah-tengah ibadah-ibadah dihadapan Tuhan.
Bilangan 28:3
(28:3) Katakanlah kepada mereka: Inilah korban api-apian yang harus kamu persembahkan kepada TUHAN: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela setiap hari sebagai korban bakaran yang tetap;
Kemudian, di sini juga dikatakan: “Inilah korban api-apian yang harus kamu persembahkan kepada TUHAN: Dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela ...” Dua ekor domba yang dipersembahkan sebagai korban bakaran itu berumur setahun yang tidak bercela.
1 Tahun -> Kedewasaan rohani, kemudian tidak bercela.
1 Tesalonika 2:10
(2:10) Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya.
Lihat, Rasul Paulus berkata: “Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu.” Betapa saleh, betapa adil, dan betapa tak bercacatnya Rasul Paulus di dalam melayani pekerjaan TUHAN; dan itu disaksikan oleh jemaat di Tesalonika dan juga disaksikan oleh TUHAN.
Jadi, tidak bercacat cela bukan hanya pada saat siang hari, tetapi juga pada malam hari; dan itu disaksikan oleh jemaat di Tesalonika, juga disaksian oleh TUHAN. Semua perbuatan kita, solah tingkah kita, perkataan kita, semua disaksikan oleh TUHAN; bukan saja disaksikan oleh sidang jemaat di Tesalonika, tetapi juga disaksikan oleh TUHAN.
Bisa saja seorang hamba TUHAN atau seorang pelayan TUHAN pada siang hari terlihat baik, tidak bercacat cela, tetapi malam hari melakukan banyak hal yang disembunyikan. Tetapi Rasul Paulus berkata: “Betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu.” Betapa saleh, betapa adilnya, dan betapa tidak bercacatnya Rasul Paulus di dalam melayani pekerjaan TUHAN; dan itu disaksikan oleh jemaat di Tesalonika dan TUHAN.
Biarlah kiranya kita menampilkan kehidupan kita seperti apa yang telah ditampikan oleh Rasul Paulus, bukan saja kepada sidang jemaat di Tesalonika (kepada sesama), tetapi juga di hadapan TUHAN.
1 Tesalonika 2:11
(2:11) Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang,
Selanjutnya, di sini kita melihat: Selain tampil sebagai seorang ibu, Rasul Paulus juga tampil seperti bapa terhadap anak-anaknya. Berarti, memberi nasihat dan menguatkan hati dari sidang jemaat di Tesalonika pribadi lepas pribadi sebagai anak-anak rohaninya; itulah tugas seorang bapa.
Tugas seorang bapa adalah:
1. Memberi nasihat yang baik terhadap anak-anaknya.
- Mengasuh terkait didikan dan ajaran yang kita terima dari TUHAN.
- Kita butuh Yesus untuk mengasuh tubuh kita, jiwa kita, roh kita.
Jadi, kita tidak bisa sombong di hadapan TUHAN. Mengapa demikian? Karena kita butuh TUHAN untuk mengasuh hidup rohani kita; kita juga butuh TUHAN untuk merawati hidup rohani kita masing-masing.
Tanda atau ciri kehidupan yang diasuh dan dirawati oleh TUHAN.
Kita akan memperhatikan Mazmur 142, dengan perikop (judul) “Doa seorang yang dikejar-kejar.” Dunia ini adalah penjara, tetapi biarlah kiranya kita jadikan hikmat sebagai saudara dan pengertian menjadi sanak. Kalau hikmat kita jadikan saudara, maka dia akan memperhatikan kita dalam segala kesusahan kita, sampai akhirnya melepaskan kita dari penjara dunia ini. Sampai hari ini, naga besar itu tidak berhenti memburu kehidupan dari gereja TUHAN.
Mazmur 142:2
(142:2) Dengan nyaring aku berseru-seru kepada TUHAN, dengan nyaring aku memohon kepada TUHAN. (142:3) Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya. (142:4) Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku. Di jalan yang harus kutempuh, dengan sembunyi mereka memasang jerat terhadap aku.
Singkatnya: Kita membutuhkan TUHAN untuk mengasuh hidup rohani kita masing-masing. Kita membutuhkan TUHAN untuk merawati hidup rohani kita masing-masing.
Kalau Daud -- yang adalah seorang raja besar -- membutuhkan TUHAN, maka tentu kita -- yang adalah manusia biasa -- sangat membutuhkan kehadiran TUHAN dalam kehidupan kita masing-masing.
Sebagaimana raja Daud berkata: “Dengan nyaring aku berseru-seru kepada TUHAN, dengan nyaring aku memohon kepada TUHAN.” Daud tidak berseru kepada yang lain, dia tidak memohon kepada yang lain, kecuali kepada satu pribadi, yaitu TUHAN Yesus baik. Apapun yang terjadi, mari berseru hanya kepada TUHAN dengan nyaring. Apapun yang kita alami, pergumulan seberat apapun yang kita alami, mari kita memohon dengan nyaring hanya kepada satu pribadi, yaitu TUHAN Yesus baik.
Pada ayat 3, Daud berkata: “Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya”, tidak kepada yang lain.
Banyak orang Kristen mencurahkan atau melampiaskan kejengkelan di hatinya, kebodohannya dengan mabuk, dengan merokok, dengan melakukan dosa-dosa. Lihat, orang dunia yang tidak punya TUHAN, yang tidak bergantung kepada TUHAN; manakala mengalami penderitaan, dia gunakan penderitaan itu untuk melampiaskan hawa nafsunya.
Tetapi kalau hidup di dalam TUHAN, anak-anak TUHAN, bagaikan pribadi Daud yang berkata: “Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya.” Jangan mencurahkan keluhan kepada yang lain-lain.
Dulu, sebelum saya menjadi hamba TUHAN, ada lagu favorit saya, lagu ciptaan Pance Pondaag, yang liriknya: “Kapan lagi kita berbincang dan berterus terang. Kapan kapankah lagi.” Saya bukan mau mengajari saudara untuk menyanyikan lagu dunia, tetapi itu adalah lagu yang saya nyanyikan manakala hati saya sedang berkeluh kesah pada saat dulu saya belum terpanggil menjadi hamba TUHAN. Dahulu saya menyanyikan itu karena saya tidak mengerti kebenaran, saya belum menjadi hamba TUHAN, hamba kebenaran.
Tetapi di dalam TUHAN tidaklah seperti itu; kita curahkan isi hati kita di kaki salib TUHAN. Jangan bodoh lagi. Apapun yang terjadi, manusia tidak bisa tolong kita, hanya TUHAN yang dapat mengerti kita.
Kemudian, Daud juga berkata: “kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya.” Kita tidak perlu ragu untuk memberitahukan segala kesesakan, segala sesuatu yang sudah menjepit kehidupan kita, karena Dialah Allah yang adil, tidak pernah menceritakan kekurangan kita kepada orang lain, tidak menganggap kita hina kalau kita mencurahkan segala kesesakan hati kita kepada TUHAN.
Kalau saat ini kita mencurahkan kesesakan hati kepada manusia; pada saat itu dia bisa mengerti kita, tetapi besok manakala hatinya jengkel, dia akan permalukan kita kepada banyak orang. Tetapi TUHAN tidaklah demikian; oleh sebab itu, bawa kesesakan, beritahukan semuanya ke hadapan TUHAN, jangan kepada yang lain, jangan kepada manusia, siapapun dia. Belajarlah semakin dewasa.
Kemudian, pada ayat 4, Daud berkata: “Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku.” Lalu Daud berkata: “Di jalan yang harus kutempuh, dengan sembunyi mereka memasang jerat terhadap aku.”
Bayangkan, banyak orang yang kita pikir adalah sahabat, kita pikir adalah teman, tetapi ternyata diam-diam dia memasang jerat. Tetapi TUHAN tidaklah demikian; sekalipun kita berada dalam kelemahan, lemah lesu di dalam diri kita, namun TUHAN tidak pernah memasang jerat, tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Perhatian-Nya sungguh luar biasa; Dia adalah TUHAN yang adil, Dia mengerti keadaan kita, Dia Maha mengerti, dan Dia sungguh merasakan apa yang kita rasakan. Manusia tidak bisa berbuat apa-apa kepada kita, tetapi TUHAN mengerti kita masing-masing.
Bawalah keluh kesah, kesesakan kepada TUHAN, jangan lampiaskan di media sosial, jangan lampiaskan kepada manusia, sebab media sosial dan manusia tidak mengerti hati kita masing-masing, dia tidak mengerti jalan pikiran kita masing-masing. Hanya TUHAN yang tahu jalan hidup kita masing-masing, hanya Dia yang bisa menguatkan kita, menopang kita, mengangkat kita di kala kita dalam kesusahan.
Mazmur 141:1
(141:1) Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu!
Dari ayat 1 ini pun, jelas sekali menunjukkan bahwa;
- Kita butuh TUHAN untuk mengasuh hidup rohani.
Mazmur 141:2
(141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.
Selanjutnya Daud berkata, YANG PERTAMA: “Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan.”
Ukupan, itulah dupa kemenyan yang dibakar, lalu asapnya naik sebagai ukupan di hadapan TUHAN.
Selanjutnya Daud berkata, YANG KEDUA: “Tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.”
Mengangkat dua tangan kepada TUHAN adalah tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada TUHAN. Dan biarlah itu seperti persembahan korban pada waktu petang. Penyerahan diri sepenuhnya kepada TUHAN biarlah itu seperti persembahan korban pada waktu petang.
Jangan lagi kita melampiaskan keluh kesah kepada manusia, tetapi biarlah kiranya dua tangan yang terangkat sebagai tanda penyerahan diri sepenuhnya hanya kepada TUHAN, seperti persembahan korban pada waktu petang.
Mengapa dikatakan seperti persembahan korban pada waktu petang? Kalau kita kaitkan ketika bangsa Israel mempersembahkan korban paskah adalah pada waktu petang (senja), kebutuhannya adalah untuk sepanjang malam, di mana darah itu disapukan pada ambang atas dan kedua tiang pintu, sehingga bebas dari tulah pemusnah. Tetapi bagi bangsa Mesir; mengalami kematian anak sulung dari manusia sampai kepada binatang. Itu sebabnya kita ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini sebagai korban-korban sulung lewat penyerahan diri, angkat dua tangan; biarlah itu sebagai korban petang, sehingga kita boleh mengalami kelepasan.
Kemudian, penyerahan diri adalah tanda kelepasan, seperti bangsa Israel; pada waktu mempersembahkan korban paskah, mereka mempersembahkannya pada waktu petang, sampai akhirnya mereka mengalami kelepasan, dari perbudakan Mesir dan Firaun, dan dijadikan sebagai korban-korban sulung dari antara manusia.
Menyerah kepada TUHAN, jangan menyerah kepada keadaan. Jangan putus asa, jangan berkeluh kesah kepada manusia; menyerahlah kepada TUHAN, dan biarlah penyerahan diri seperti dua tangan yang terangkat, digambarkan persembahan korban pada waktu petang supaya kita boleh mengalami kelepasan. Amin.